“Sayang, aku akan ke Jogja besok” ucap Rangga.
Aku terdiam, mematung. “Rangga ke Jogja bukan untuk dinas, tapi pasti untuk menemui kekasihnya dan keluarga kekasihnya” ucapku dalam hati.
“Sayang, kamu marah?”
Aku masih terdiam. Entah dimana letak otak Rangga, sampai sebodoh itu dia menanyakan apakah aku marah.
“Aku pulang!” ucapku, sambil meninggalkan nasi goreng seafood yang belum selesai dimakan. Aku berjalan cepat menuju pintu keluar tempat kami makan malam dan Rangga berlari mengejarku dibelakang.
“Kamu ga mau naik mobil aku aja, Al?” tanya Rangga penuh heran, karena aku setengah berlari menuju jalan raya, menjauh dari mobil Rangga yang terparkir di halaman restoran.
“Aku naik taxi aja!” aku berlari masuk ke dalam taxi.
Her hair was pressed against her face
Her eyes were red with anger
Enraged by things unsaid
And empty beds and bad behavior
Some thing’s gotta change
It must be rearranged, oh
*
Sepanjang jalan dari restoran hingga kos, aku menangis tanpa jeda. Mungkin supir taxi ini keheranan, karena penumpangnya nangis sepanjang 10 km dan sesekali berhenti hanya untuk memberi petunjuk arah.
Rangga mencoba berkali-kali menghubungi, teleponnya tidak aku angkat, BBMnya tidak aku baca, begitupun smsnya.
Rangga tidak berubah, ucapannya hanyalah sebuah janji hujan badai ditengah musim kemarau. Katanya dia lebih memilihku, katanya dia akan meninggalkan Risna, nyatanya besok Rangga akan ke Jogjakarta. Sepengetahuanku, Ayah dan Ibunya Rangga akan datang ke Jakarta besok. Kesimpulanku sendiri adalah Ayah, Ibunya Rangga dan Rangga akan ke Jogjakarta besok, untuk menemui Risna, dan keluarganya. DUAR!!
*
“Al, dengerin penjelasanku dulu. Ayah dan Ibuku yang mau menemui Risna dan keluarganya, bukan keinginanku, Al. Katanya cuma perkenalan, aku juga kesana ga bawa baju resmi. Cuma kaos aja, Al. Kasih aku kesempatan untuk jelasin semuanya ke kamu”
BBM ketigabelas dari Rangga yang tidak juga aku balas. Yang aku tau, cepat atau lambat, setelah pertemuan antara keluarga Risna dan Rangga, mereka akan menikah. Semakin tidak mungkin ada celah untukmu, Alya!
*
“Al, aku paham. Kamu emang berhak marah. Tapi aku ga mau kita udahannya dengan tidak baik gini. Jangan diemin aku, Al. Kamu nyiksa aku namanya. Bales bbm aku ya, sayang. Kita omongin baik-baik. Love you :*” BBM Rangga pagi ini.
Sepertinya Rangga sudah kembali ke Jakarta. Manalah mungkin Rangga berani BBM seperti ini, pagi-pagi jika ia masih di Jogja. “Kuatkan hatimu, Al. Jangan kasih celah untuk memaafkan Rangga” ucapku dalam hati.
“Haaahh” aku menghela nafas panjang sambil menyenderkan punggungnya ke boneka beruang besar yang Rangga berikan tepat pada ulang tahun ke-25 beberapa bulan yang lalu. Aku masih tidak membalas BBM Rangga. Aku hanya Rangga sadar, bahwa aku mencintai Rangga dengan tulus, namun aku lelah dijadikan pilihan. Aku lelah hanya menjadi selingkuhannya.
I’m sorry
I did not mean to hurt my little girl
It’s beyond me
I cannot carry the weight of the heavy world
*
15 September 2012
“Al, minggu depan aku menikah dengan Risna di Balai Sinta, Jogjakarta. Jam 11.00 - 13.00. Maafin aku, Al. Aku ga bisa perjuangin kita. Aku udah coba ngomong sama Ibu sama Ayah, ketika pertemuan keluarga itu, hanya perkenalan dan tidak lebih. Ternyata keluarga Risna menginginkan sebuah pertunangan dan Ibuku setuju. Aku juga udah ngomong ke Ibu dan Ayah, supaya pertunangan itu dibatalkan, tapi Ibu dan Ayah tidak tega menyakiti perasaan Risna dan keluarganya juga nama baik Ibu dan Ayah di kampung sana. Maafin aku, Al. Aku sayang kamu, Al. Aku mohon, sekali aja balas BBM aku. Kasih aku kesempatan untuk jelasin semuanya sama kamu, Al”
So much to love, so much to learn
But I won’t be there to teach you, oh
I know I can be close
But I try my best to reach you
“Rangga, aku gak marah sama kamu. Aku hanya sedang mempersiapkan diriku, bahwa suatu hari nanti, aku akan menerima undangan pernikahanmu dengan Risna. Rangga sayang, cinta bukan lah pilihan ganda untuk kamu pilih. Mungkin aku yang terlalu berharap padamu, namun tidak ada orang ketiga yang bersabar apabila tidak ada harapan manis dari orang kedua. Kalau hanya menjadikan aku pilihan, mungkin kau bukan yang dikirimkan Tuhan :)” akhirnya untuk pertama kalinya, aku membalas BBM Rangga setelah 1 bulan aku diamkan.
“Alya sayang, terima kasih atas balasanmu. Aku sangat senang membaca bahwa kamu disana masih bisa membalas BBMku. Alya, kamu benci sama aku? Al, kamu berhak marah atau membenci aku. Tapi aku mohon, sisakan ruang untuk nama aku dihatimu, jika suatu hari aku diberi kesempatan untuk kembali ke kamu. Al, kenapa kamu tidak pernah memintaku untuk tetap bersamamu?”
“Rangga, jangan pernah pertanyakan cintaku untukmu. Aku tidak pernah memaksamu untuk memilihku, tidak pernah memaksamu untuk memberikan kepastian, itu semua karena cinta tidak bisa dipaksakan. Cinta selalu tau kemana arah pulang tanpa perlu diarahkan. Mungkin benar kata orang, level tertinggi dari cinta adalah ikhlas. Aku ikhlas, Rangga. Rangga, jangan pernah gantungkan pilihanmu pada pilihan orantua, saudara atau bahkan sahabatmu. Kebahagiaanmu ditentukan oleh pilihan hatimu. Jika kamu tidak yakin dengan saran mereka, ikuti kata hatimu. Semoga kamu akan menemukan kebahagiaanmu, dan begitu juga dengan aku. Selamat atas rencana pernikahanmu dan Risna, aku turut berbahagia”
“Alya, malaikat cantik dengan hati berwarna putih, terima kasih atas balasanmu. Terima kasih telah mengijinkanku merasakan cinta tulusmu, sayang. Kita lucu ya, dulu kita yang saling sayang, sekarang kita saling mendoakan untuk kebahagiaan kita, masing-masing. Berbahagialah, Alya. Kamu patut mendapatkan kebahagiaan yang utuh, yang tidak terbagi dan yang menjadi tujuan, bukan pilihan” balas Rangga.
So goodnight, goodnight, goodnight, goodnight
Goodnight, goodnight, goodnight, goodnight
Goodnight, hope that things work out all right, yeah
*Goodnight - Maroon 5
ditulis @TantyVidiarsi dalam http://tantyvidiarsi.tumblr.com
No comments:
Post a Comment