Monday, September 3, 2012

Dusta Itu


"Summer's ended and without a trace
Time goes by
Why you remain
Funny how I thought I walked on through
With my heart in one.."


Ini sudah lewat beberapa bulan sejak hatimu dimiliki orang lain. Berbahagia dengannya. Saling melempar senyum dan tawa saat bersama dengannya.

Ini sudah lewat beberapa bulan juga sejak aku mencoba kuat dan menutup kesempatan untuk mataku berair. Namun, sosokmu yang kutangkap malam itu, meruntuhkan pertahananku.

Lesung pipi yang menghiasi senyummu begitu candu untuk aku tatap. Ingin rasanya aku membelai wajah rupawanmu, menyapukan sebuah ciuman di pipimu yg agak memerah, dan menatap dalam bola mata cokelat gelap itu.

"Why do I still cry for you
Dying to get close to you
Why do I still fear to face
The ghost of you.."

Tiga bulan lalu..

"Iya, maaf. Aku nggak bisa jalanin hubungan kayak begini. Kita berbeda," kataku lirih.

"Tapi, kan kita bisa coba dulu. Kita nggak tahu masa depan kayak apa. Jadi, kamu jangan ngomong begitu ya," katamu mengelus punggungku. Tak menyangka, usahamu itu benar-benar membuatku terharu.

"Aku nggak mau. Udah ya, kita selesai aja," kataku tegas sambil menggerakkan punggungku agar kamu menjauhkan tanganmu dari punggungku.

"Sama sekali selesai?"

"Iya."

Perlahan, perih mengisi kekosongan hatiku. Dan, dengan segera, ia mengirimkan isyarat kepada otak, untuk berduka. Sesaat, tumpukan tisu menjadi sahabatku yang selalu menyeka mataku.

Aku tidak mengerti mengapa bukan bahagia yang kudapat setelah meninggalkannya. Aku membohongi diriku sendiri bahwa masih ada rasa untukmu yang tertinggal di hatiku.

Lalu, tersiar kabar, kamu sudah menggandeng dia. Wanita yang mungkin memiliki hal yang tidak kumiliki. Persamaan. Kukira itu hanya dusta. Hanya dengan itu, aku menghibur diriku.

Namun, nyatanya, aku melihat sepasang sejoli sedang bermesraan di depan pelupuk mataku. Malam ini.

Aku tertunduk sambil menahan air mata. Ya, aku tidak sekuat itu. Otakku mengulang semua kenangan yang telah terjadi. Rasanya aku ingin merengkuh kembali pelukan hangat yang sekarang kau berikan padanya. Pelukan itu dulu milikku!

Saat aku mengangkat wajahku, tanpa sadar, mata kita bertemu. Segera, aku menunduk dan berjalan memutar arah. Menghindari pertemuan ini. Aku masih belum siap untuk menghadapinya.

Telepon genggamku berbunyi tanda ada pesan masuk. Kubaca pesan itu sambil meninggalkan tempat itu. Isinya, "Yang tadi aku lihat itu bener kamu kan? Aku kangen kamu."


Terinspirasi dari lagu The Ghost of You - Michael Learns to Rock


ditulis @ndazzle dalam http://plainspokenwords.blogspot.com

No comments:

Post a Comment