Monday, September 3, 2012
Sedimen Senja
“Melukiskanmu saat senja, memanggil namamu ke ujung dunia. Tiada yang lebih pilu, tiada yang menjawabku selain hatiku dan ombak berderu” – Aku ada ( Dewi Lestari feat Arina Ephipania)
Teruntuk kamu pemilik hati ini, peraih rindu tak hingga dan tempat bermuaranya segala rasa cinta. Lagu ini membangkitkan memori ku tentang kisah kita, ijinkan aku bercerita kisah kita yang meski sudah usai tapi kenangannya masih tersimpan rapi. Dalam rangkaian lagu yang menjadi nafas inspirasi bahwa cinta terhadapmu bertahan dari dulu hingga hari ini aku akan menghabiskan seluruh rangkaian cerita ini hanya untukmu. Iya, seluruh maksudku adalah dalam sebulan ini lewat lagu-lagu aku akan bercerita tentang aku, kamu dan dia kemudian berubah menjadi aku, kamu dan kita dan berakhir dengan independensi hati masing-masing kita.
Hati memang selalu bisa menemukan jalannya sendiri untuk kembali merasa, setidaknya itu yang aku alami saat melihatmu. Aku tidak pernah percaya dengan apa yang orang katakan cinta pada pandangan pertama, bagiku cinta tidak memiliki makna sedangkal itu. Tapi saat kita berdua berbincang di ruangan kecil itu, saat kamu sedang meringis kesakitan dan aku memulai percakapan dengan topik jenaka. Menanyakan keadaanmu dengan kata-kata jenaka, entahlah tapi saat itu aku rasa aku mulai menyukaimu. Maafkan aku.
Sejak itu kita sering berbincang-bincang, tentang banyak hal. Kamu senang bercerita hingga larut malam, segalanya kamu ceritakan termasuk tentang pria yang telah menjalin komitmen denganmu. Terima kasih Tuhan, sekarang aku jatuh cinta dan patah hati pada kesempatan yang sama. Kamu masih senang bercerita, hingga akhirnya berujung dengan ceritamu bahwa hubungan kalian usai. Dia memberimu tenggat waktu untuk kembali bersama, tetapi kamu enggan.
Tetapi rupanya jalan masih harus berputar, aku harus berpura-pura mencintai orang lain untuk menguatkan dia meraih mimpinya. Kita menjauh. Demi Tuhan, aku tetap mencintaimu. Setelah masa-masa baru, kita bertemu lagi dengan kegiatan yang sama. Dengan maksud membelikanmu jus semangka namun ternyata penjualnya salah dengar dan berakhir menjadi jus nangka. Tapi kamu untungnya suka. Tapi ada fakta yang tak bisa aku abaikan, kamu kembali menjalin hubungan dengan dia yang dulu meninggalkanmu.
Sejak saat itu aku menyadari posisiku, bahwa aku mencintaimu adalah kenyataan dan bahwa aku harus menjaga jarak dan menghargai hubunganmu dengannya adalah sebuah keharusan. Pilihanku hanya satu, menyelesaikan segala urusanku dan menjauh serta berlari darimu. Maaf, aku gagal untuk itu. Berkali-kali aku berusaha mengubur rindu, namun rupanya rindu ini masih bernafas untukmu. Aku mencintaimu, dan aku memilih untuk menunggumu. Entahlah sampai kapan, tapi aku yakin akan tiba waktunya kita bersama. Hingga saat itu tiba, bagiku hal muluk yang dapat aku impikan adalah sekedar ada untukmu. Ada untuk menghapus dukamu, menghilang saat kamu meraih suka.
Aku tidak berani bertaruh siapa yang lebih mencintaimu antara aku dan dia. Yang aku tahu, aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia. Kesadaranku bahwa kamu bukan piala dan hatimu bukanlah sebuah kompetisi untuk aku menangkan. Cinta selalu tahu kemana ia akan menuju. Dapatkah kamu tahu meski aku tidak muncul dalam wujudku, aku selalu menanyakan tentangmu lewat teman-temanmu. Mengetahui kamu sedang bahagia bersama dia, mendoakanmu yang sedang bertengkar untuk segera kembali berdamai dan terus saling menyayang. Itu saja, aku bahagia. Sembari mengingat dan mengeja namamu saat senja itu saja cukup, aku tahu kamu tahu aku ada.
“Berjalan dibatas dua dunia, tiada yang lebih indah tiada yang lebih rindu selain hatiku andai engkau tahu.”
~ J ~
ditulis @sedimensenja dalam http://sedimensenja.tumblr.com
Labels:
Dewi Lestari,
Hari #2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment