Monday, September 17, 2012

Julia

Dia Julia. Biar kuceritakan tentangnya. Tentang tragedi yang telah kehabisan air mata dan akhirnya cuma terserakkan jejak-jejaknya.

Julia memberi hatinya pada Cinta Pertama. Cinta Pertama jadi kekasih yang terutama. Julia mencinta. Tak terbayang akan lara. Belum mengenal luka. Dalam setia, sepasti langit yang menyelimut dunia, asal bersama, hingga matipun Julia bersedia. Namun, apa daya. Cinta Pertama mati dalam raga yang menderita. Cinta Pertama tak tersembuhkan doa. Dalam pelukan tanah, Cinta Pertama beku tak berdaya. Bagaimanapun, Julia mesti rela, meski Julia tak bisa lupa.

Julia telah patah hatinya. Dia habiskan sendiri malam-malam yang berduka. Selalu dia bangun pada pagi yang merana. Sampai akhirnya datang Cinta Kedua. Walau tak sepenuh hatinya pada Cinta Pertama, Julia kembali mencinta. Julia kembali menerima. Ya. Meski telah patah hatinya. Ya. Meski tak sama rasanya seperti pada Cinta Pertama.

Lama bagi Julia, untuk sampai pada pikir bahwa Cinta Kedua memang jiwa yang pantas dipuja. Hari melalu, tahun melaju, Cinta Kedua bagai menafaskan cerita. Julia percaya, bahwa hidup adalah nyata. Namun, Cinta Kedua memberinya mimpi yang bisa dipercaya. Maka, Julia tiba-tiba terlupa pada Cinta Pertama. Hatinya kembali utuh bagi Cinta Kedua. Namun, lagi-lagi, apa daya. Berbekal abdi pada orang tua, Cinta Kedua harus mengembara. Tanpa bisa membantah pada takdir yang tak pernah adil, Julia kembali patah hatinya.

Julia tak mau lagi jatuh cinta. Dengan hati yang tersisa, bagaimana bisa. Dia habiskan lagi sendiri malam-malam yang berduka. Setiap hari bangun pada pagi yang merana. Awan dan hujan pun tak sampai hati melihatnya. Maka, semesta memberinya Cinta Ketiga. Meski tak tahu caranya, Julia memasrahkan hati pada Cinta Ketiga. Mungkin ini lebih baik daripada sekadar putus asa, pikirnya. Ya. Meski telah menyerpih hatinya. Ya. Meski tak sama rasanya seperti pada Cinta Kedua. Apalagi Cinta Pertama. Kali ini, hanya getir terasa pada Cinta Ketiga.

Saat bersama Cinta Ketiga, teringat Julia pada Cinta Pertama, yang telah lama terkubur di palung jiwanya. Dalam pekat malam kelam, Julia berdoa. Julia mencari suara Cinta Pertama entah di mana. Padanya, Julia berkata: tak mau lagi jatuh cinta. Padanya, Julia bertanya: dengan hati yang tersisa, bagaimana bisa. Cinta Pertama menjawabnya: entah bagaimana, hanya Julia yang tahu caranya. Maka, dalam pekat malam kelam, Julia bilang pada dirinya: jangan lagi mau tersakiti.

Maka, pada hari yang dibalut nyeri, Cinta Ketiga mesti sakit hati. Tanpa alasan dan tanpa perpisahan, Julia tak mau kenal pada cinta dan setia lagi. Itulah mengapa Cinta Ketiga kini sendiri. Karena Julia pergi. Dan, Julia tak akan kembali. Karena isi hatinya kini, hanya balas dendam pada bumi.

Julia sudah tak mungkin mencinta lagi. Karena Julia sudah bilang pada dirinya: jangan lagi mau tersakiti. Semua berbalik, Julia yang kini menyakiti. Maka, pada Cinta Keempat, Julia mendua hati. Di tepi hari bahagia bersama Cinta Kelima, dengan sengaja Julia membunuh mimpi. Terlebih pada Cinta Keenam, Julia tak termaafkan lagi.

Semesta memandangi, dan semesta tak ingin Julia lepas kendali. Maka, semesta mengambil peran kembali. Cinta Ketujuh turun ke bumi. Dengan cara yang tak terjelaskan, Julia kembali jatuh cinta.

Ini rasa yang persis sama, seperti saat Julia bertemu Cinta Pertama. Kini, Cinta Ketujuh jadi kekasih yang terutama. Julia mencinta. Tak teringat akan lara. Ataupun luka. Dalam setia, sepasti langit yang menyelimut dunia, asal bersama, hingga matipun Julia bersedia. Namun, apa daya. Julia akhirnya mati dalam raga yang menderita. Julia tak tersembuhkan doa. Dalam pelukan tanah, Julia beku tak berdaya. Bagaimanapun, Cinta Ketujuh mesti rela, meski Cinta Ketujuh tak bisa lupa.

Ya. Cinta Ketujuh tak bisa lupa. Karena, Julia adalah Cinta Pertama baginya.

    Luka meruah, semua t’lah berlalu

    Kusemaikan duka, kau tak pernah kembali

    Oh, angin malam bawa laguku

    Ungkapan rindu menggebu

    Ku masih tetap bertahan

    Kar’na kenangan

    - Katon Bagaskara ~ Lara Hati -


ditulis @augustalks dalam http://petikanbulan.wordpress.com

No comments:

Post a Comment