Friday, September 21, 2012

Kita. Dulu. Sekarang


“Hai, sayang.. Kamu pasti cantik sekali hari ini. Kasihan ya aku, ga bisa ada di sana untuk melihat kamu.”
Aku tidak menjawab apa pun.
“Oh ya, aku lagi siap-siap nih, bentar lagi mau on stage. Lagi ngisi pensi di SMU Cendana.”
Aku masih diam.
“Eh ya, udah waktunya. Kamu ga usah tutup teleponnya. Kamu dengerin ya. Aku bawain lagu kesukaan kamu nih.”
Aku menuruti permintaannya. Mengiyakan dalam hati.
“pernah ku simpan jauh rasa ini, berdua jalani cerita. kau ciptakan mimpiku, jujur ku hanya sesalkan diriku.”
Dulu itu.. Kita satu. Erat. Lekat. Pernah punya mimpi yang sama. Namun kini, semua mimpi itu tidak bisa kita pertanggung-jawabkan bersama.
“kau tinggalkan mimpiku, dan itu hanya sesalkan diriku.”
Dulu itu.. Berjanji untuk tetap bersama. Mengabaikan semua yang mencoba menjadi penghalang. Berdiri untuk abadi.
“ku harus lepaskanmu, melupakan senyummu”
Sekarang.. Kau dan aku menyerah pada keadaan. Bukan. Bukan karena kita lelah. Kita menyerah agar mereka bahagia.
“semua tentangmu, tentangku, hanya harap. jauh.. ku jauh, mimpiku dengan inginku.”
Sekarang.. Kita berdiri untuk kebahagian kita sendiri.
Mengajari hati arti berhenti. Agar nanti ketika lelah menghampiri, kita tetap berdiri dan tak mati.
“Hai, kamu masih di sana kan? Gimana? Kamu suka?”
Aku setia dalam diam.
“Ah, kamu pasti suka. Aku selalu sukses membayangkan senyum manismu, saat aku menyanyikan lagu ini.”
Aku tersenyum kecut.
Tiba-tiba sebuah suara menyentakku dari balik pintu kamar.
“Olyn, tunggu apa lagi, nak? Cepat keluar! Penghulu, tamu-tamu dan calon suamimu sudah datang.”
“Iya, bunda. Sebentar.” ucapku menguasai emosi, agar tidak terdengar bahwa sebenarnya aku sangat ingin menangis saat ini.
“Oh, ibu sudah memanggilmu ternyata. Yasudah, lekas keluar kamar. Dapati mereka yang sudah menunggumu sedari tadi.”
Aku menguasai emosi agar benar-benar tidak menangis.
“Kita “beda”. Ibumu masih belum yakin dengan keinginanku untuk muallaf. Dia juga memandang sebelah mata dengan profesiku sebagai anak band.”
Kali ini, setetes air mata keluar dengan tentram.
“Aku sayang kamu, dan akan selalu selamanya.”
*klik*
Aku menutup telepon. Meletakkannya di bawah bantalku.
Menarik nafas dalam-dalam.
Menghembuskannya pelan-pelan.
Kulangkahkan kaki kananku.
“Bismillah..” ucapku.

#30HariLagukuBercerita (Peterpan - Jauh Mimpiku.)


ditulis @siitiikaa dalam http://tikazefanya.tumblr.com

No comments:

Post a Comment