Monday, September 3, 2012

Kita


Kita. Aku dan kamu. Bernamakan sahabat. Tapi aku menganggap kita saudara.

Sudah 6 bulan sejak kejadian itu. Kejadian pahit yang membuat “kita” menjadi “kamu dan mereka”. Kejadian pahit yang membuat “kita” menjadi “aku dan kesepian”. Kejadian disaat kamu menganggap aku tak berguna. Kejadian yang membuat aku tersiksa disetiap malam sehingga aku mengalami insomnia.
Kita. Sudah 2 tahun kita bersama. Menikmati persahabatan seakan dunia tidak akan pernah berakhir. Menyombongkan diri seolah kita lah yang paling benar. Memulai pagi dengan semangat jiwa muda. Menikmati malam dengan lantunan lagu yang sama. Menikmati kesenangan tiada batas. Kita. Memiliki kebiasaan yang sama.

Kita berkenalan disaat aku masih berusia 10 tahun dan kamu berusia 9 tahun. Saat itu, kamu sedang menghabiskan liburan di kampung halaman. Sedangkan aku? aku memiliki pekerjaan sebagai penjaga rental PS. Kita berkenalan disana. Di tempat aku bekerja. Kita diperkenalkan oleh sepupu kamu dan juga teman ku yang skarang sudah meninggalkan dunia.

Ketika itu, kamu hanya menghabiskan waktu liburan selama 2 minggu disini. Selama itu, kita semakin dekat. Kita memiliki hobby yang sama. Kita suka main PS! Kita suka tertawa melihat hal kecil yang tidak terlalu penting. Kita…

Kamu pergi. Pergi balik ke perantauan. Mengikuti orang tua mu. Melanjutkan sekolah disana. Aku tau kita hanya berteman. Tapi aku merasa kita sudah menjalin kedekatan. Aku sangat merasa kehilangan. Aku yang sangat merindukan kamu.

Aku seorang introvet. Aku sangat sulit bergaul. Entah karena apa, aku sedikit bisa membaca sifat seseorang dari melihat wajahnya. Ketika melihat wajah seseorang, dan aku merasa mereka tidak baik, aku segera menjauh. Aku lebih baik begitu dari pada mendendam setiap saat! Tapi tidak dengan kamu. Kita memiliki pandangan yang sama. Ambisi yang sama. Tingkat kedalaman pemikiran yang sama. Selalu terobsesi akan sesuatu hal yang baru. Dan aku tau, aku telah menemukan sahabat. Sahabat dalam dua minggu.

5 tahun berlalu.
Aku sekarang sudah mengenakan seragam putih abu-abu. Saat itu aku melanjutkan sekolah di luar daerah. Samar-samar aku mendengar kabar, kalau kamu bersekolah di kampung halaman kita. Aku semakin bersemangat. Aku ingin segera pulang dalam libur semester ini.

Dulu kita berteman. Belum ada kata persahabatan terucap. Aku ingin membangun itu. Tapi kita hanya bertemu dalam dua minggu. Ketika itu, aku sangat malu untuk mengatakan jikalau aku ingin kita bersahabat.
Kita bertemu kembali. Aku sedikit tidak mengenal mu. Mungkin karena sudah 5 tahun dan kita sekarang dalam masa remaja atau sifat mu berubah, dan membentuk wajah baru. Aku tak tau. Yang aku tau, aku sangat ingat kenangan dua minggu disaat kita masih berumur 10 tahun. Sampai sekarang, aku tidak pernah bisa lupa pertemuan dalam dua minggu itu.

Kamu.. ketika aku tanya apakah masih ingat dengan ku, kamu hanya menggelengkan kepala. Kamu, yang ketika aku tanya apakah masih ingat dengan kenangan 5 tahun lalu di tempat rental ps, kamu hanya menjawab sudah lupa. Aku tidak! Aku masih ingat setiap detil kejadian saat itu! Aku ingat kamu saat itu memakai baju putih! Aku ingat kamu saat itu duduk disudut pintu karena canggung! Aku ingat kamu meminta aku untuk mengganti permainan ps! Aku ingat…!

Aku menarik nafas kecewa. Bagaimana bisa kamu melupakan semuanya. Atau karena kamu hanya menganggap aku teman? Hanya tuhan yang tau. Tapi sekarang, aku ingin menyelesaikan kenangan itu. Hanya bermodalkan kenangan, aku ingin membentuk kita. Aku dan kamu. Sahabat.

Semuanya berjalan lancar. Kita telah mengalami kedekatan. Mungkin kita sudah masuk dalam lingkaran persahabatan. Kita menikmati canda tawa setiap hari. Selama 2 tahun, aku berhasil menemukan kembali kenangan kita yang pernah hilang.

Sampai suatu saat, kejadian yang sangat aku benci terjadi. Kejadian yang membuat aku sebagai seorang pemikir, merasakan kesakitan disetiap malam. Kejadian yang aku harap hanya 1 kali terjadi, ternyata terjadi 3 kali. Perpisahan! Perpisahan yang sangat menyakitkan.

Hari itu selasa.
Kamu mengajak ku untuk menemani mu kencan dengan gadis pujaan. Sebenarnya aku malas. Tapi, atas nama sahabat, aku bersedia ikut. Bersedia ikut dalam perencanaan tuhan untuk perpisahan. Bukan menyatukan kamu dan dia. Tapi memisahkan aku dan kamu. Rencana yang sangat sempurna dari tuhan. Sungguh, Allah maha sempurna.

Berawal dari acara setelah makan-makan di sebuah cafe. Aku sudah merasakan sesuatu yang tidak baik bakal terjadi. Sesuatu yang sangat tidak baik. Sangat mengganjal, sehingga aku memutuskan untuk pulang. Tapi kamu tidak. Kamu dalam langkah pendekatan terhadap gadis pujaan, memaksa ku untuk menemani kamu dengan dia pergi ke pantai. Aku menolak. Tapi kamu tidak peduli. Akhirnya, aku memutuskan untuk ikut dalam kegamangan. Sepanjang jalan aku sangat takut. Aku tidak tau apa yang bakal terjadi, tapi aku sangat takut.

Sejauh ini tidak ada masalah. Kamu dengan dia, asik bercengkrama di tepi pantai. Berlari-lari kecil menjauhi kejaran ombak. Aku? Hanya memandang dari jauh. Mencemaskan sesuatu yang aku tidak tau apa yang akan terjadi. Sampai tiba-tiba…

“Kriiinnggg” bunyi hp gadis pujaan melengking memecah kebersamaan. Dia menekan tombol hijau, dan melekatkan benda tersebut ke telinga nya. Bisik-bisik, aku mendengar suara ribut keluar dari benda kecil itu. aku tidak tau siapa yang menelepon. tapi, sepertinya orang tersebut marah-marah. membuat sang gadis pujaan, termenung merasa tak enak. sang gadis pujaan mengatakan, kalau sahabatnya yang lagi di padang marah-marah karena tak diajak. sahabat si gadis, yang ternyata memendam rasa terhadapku.

Kami pulang. Dalam perjalanan, semua terasa sunyi. aku yang masih emosi gara-gara sahabat si gadis marah-marah, memikirkan sepanjang jalan. “kenapa dia marah-marah? wajar tidak diajak, dia kan jauh. harusnya, setiap saat kita melapor ke dia kalau hendak pergi kemana, gitu? kan masih ada hari lain. kita masih bisa pergi bersama!” batinku. sesampai di rumah, aku mencoba menetralisir suasana. menelpon gadis yang jauh disana, untuk menjelaskan semuanya. tapi, kata sambutan yang aku dapat adalah “kita sudah tidak saling kenal. jangan hubungi aku lagi!” bentaknya. seketika aku hendak membalas perkataannya, bunyi panggilan ditutup, seketika menutup mulut ku. *dalam hati menjerit* *ter-dennyed*

Aku marah. Sangat marah. bahkan mendendam. hal yang sangat aku hindari, terjadi. mendendam memang sifat buruk ku. aku tau kalau aku pendendam dan temperamen. sehingga aku memilih lebih baik sendiri. tapi kali ini lain! dia bukan siapa-siapa. hanya seseorang yang aku anggap adik, tiba-tiba marah-marah, dan tidak memberikan ku kesempatan bicara. aku menjauh. mengurung diri dalam kamar berhari-hari, agar rasa dendam ku terhadap dia hilang.

Seminggu berlalu.
Aku sudah melupakan semua. tapi aku belum bisa mendengar nama dia. amarah ku tersulut jika mendengar nama dia. memang, kontrol emosi ku jelek. ketika melakukan test EQ di sekolah, aku hanya mendapat score 20. sangat buruk.

Aku duduk di teras rumah. malam berawan sebagai latarnya. duduk bermenung sendirian, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara sahabat ku. “lagi ngapain?” tanyanya. aku hanya diam. seolah sudah tau pertanyaan selanjutnya, aku membuang muka. “bagaimana dengan dia?” sambungnya. aku menoleh. menajamkan mata dan berujar “jangan sebut nama dia lagi!”. hening. aku kembali kedalam rumah. suasana hati ku langsung berubah. aku kembali mengurung diri.

Esoknya, sahabat ku datang lagi. menanyakan keadaan ku dan hendak mengajak ku pergi main. aku yang masih sensitif, segera mendahului mengeluarkan pernyataan “jangan sebut nama dia lagi”, dan kembali tidur. dia pergi. tampaknya dia emosi juga. suara motor nya yang bising, perlahan-lahan pergi menjauhi pendengaran ku.

Gerimis..
Sahabat ku datang lagi. dia hendak menitipkan hp nya untuk di-recharge. tapi aku tidak mendengar. aku tidak tau. aku benar-benar tertidur lelap. udara yang sangat dingin, benar-benar membuat ku jatuh kedalam dunia mimpi. katanya aku pura-pura tidur, karena tarikan nafas ku panjang. tapi aku benar-benar tidur. kamu tau? aku memiliki masalah dengan pernafasan ku… (cont)

*) Diinspirasi dari lagu Sahabat - Peterpan

Ditulis @RchyKo dalam http://rchyko22.tumblr.com

No comments:

Post a Comment