Wednesday, September 19, 2012
Kunjungan
Hai, kamu. Hari ini kita bertemu lagi, ya.
Mataku terpaku pada satu sosok yang duduk di seberangku. Kami hanya terhalang sebuah meja pualam yang dijejali tumpukan kertas dan alat tulis. Ruangan serba bersih yang memiliki wangi khas ini selalu membuatku tak terlalu nyaman.
Tentu saja. Kamu bikin aku deg-degan sepanjang pertemuan kita.
Wangi ruangan ini bukan berasal dari parfummu yang menguar di udara, tapi yah ruangan semacam ini di manapun rasanya memiliki wangi yang tipikal begini.
Aku jadi teringat bagaimana rasa tegang ini pertama kali muncul. Saat itu kunjunganku yang pertama. Aku meminta resep yang dapat membantu mengurangi rasa mual-mual yang sering melanda, lalu kamu dengan tersenyum menuliskannya di secarik kertas. Senyummu manis sekali. Tulisanmu yang seperti rumput teki yang ditambah sulur-sulur itu—sungguh, apa yang kau tulis sama sekali tak dapat kupahami!— tak mengurangi aura luar biasa yang menghujani ruangan. Aku sungguh merasakan adanya getaran dalam dadaku.
Aaaaaww! Inikah yang dinamakan cinta, Dok? Jadi seperti ini rasanya jatuh cinta, Dok?
Aku selalu merasa tak sabar untuk segera bertemu lagi di kunjungan berikutnya. Di kunjungan yang sekarang, aku bahkan sudah membayangkan kunjungan-kunjungan berikutnya, saat nanti aku akan mendengar kamu mengoceh—dengan suaramu yang dalam dan sangat seksi itu— tentang banyak hal yang harus diperhatikan selama masa kehamilan, tentang hasil USG, tentang bagaimana menjaga supaya si jabang bayi tetap sehat, tentang seks.
Seks tetap diperbolehkan, justru dianjurkan sampai jangka waktu tertentu, tapi harus diingat, hati-hati, ada janin di sana. Itu kata-katamu, yang keluar dari bibirmu yang merah merekah, nampak siap dilumat. Mungkin kata-kata itu sudah berjuta kali kau ucapkan pada setiap pasienmu, tapi aku tetap merasa spesial, karena saat mengucapkannya, mata kita bertemu. Tubuhmu yang tegap tampak rileks, membuat suasana ruangan ini menjadi santai.
Tapi hatiku tidak santai, Dokter Firman! Sepertinya ini memang cinta, Dok.
Sampai ketemu lagi nanti, saat jadwal kontrol selanjutnya ya, Bu. Itu kalimat terakhirmu yang kudengar, karena selanjutnya aku seperti tersihir, terbawa dalam lamunanku.
Aku membayangkan kita duduk berdua di satu ayunan, kamu menelisik kulit kepalaku, membelai rambutku yang panjang sebahu, lalu memainkan ujung-ujungnya. Lalu aku membayangkanmu mengelus pipiku yang mulus, membisikkan kata-kata cinta di telingaku, membuatku tersipu malu. Kemudian kau berdiri, mendorong ayunan yang kutumpangi pelan-pelan. Aku tertawa-tawa bahagia. Dorongan ayunan kurasakan mulai cepat dan kencang. Cepat. Kencang. Semakin cepat. Semakin kencang. Mas Firman! Ini kencang sekali, Mas! MAS! AKU TAKUT, MAS! MAAAAAAASSSS!! BERHENTI, MAAAAAAASSS—
“Mas Galang! Ayo kita keluar. Sudah selesai periksanya, Dokter Firman masih banyak pasien.” desak istriku.
*) Diinspirasi oleh lagu Inikah Cinta – M.E.
Ditulis di Bandung, 18 September 2012, oleh @_fikan dalam http://thankthinkthunk.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment