Monday, September 3, 2012

Lagu Untuk Sebuah Nama


dia takkan mengerti, jika berkenalan dengan seorang perempuan adalah hal yang rumit untuk sebagian orang. ah, sudahlah.

Saat itu adalah sebuah sore yang biasa. ditempat yang biasa pula. namun ada sesuatu yang akhirnya menjadi istimewa. seperti yag lalu, jika minggu tiba aku selalu bermain di taman kota. duduk dibangku yang sama, dan melakukan hal yang sama pula, membaca.
Seperempat tebal halaman telah kuhabiskan. sampai seorang perempuan duduk tepat didepanku. menatap kearahku, kemudian tersenyum. sejurus kemudian ia sudah kembali tenggelam dalam novel yang sedari tadi dibawanya. sekilas kulihat apa yg sedang perempuan itu baca. Puthut E.A “cinta tak pernah datang tepat waktu”. dan selanjutnya kau pasti tahu, kini aku sudah tak khusyuk lagi membaca, tapi sesekali menatap kearahnya. menikmati wajah perempuan berkacamata disana yg sedang serius membaca buku. Aku suka.
***
Ini sudah entah hari yang keberapa aku melihat dirinya disana. duduk dibangku yang selalu sama. dan kami hanya selalu saling menyapa dengan senyum yang itu-itu saja. tak ada jabatan tangan berkenalan, saling berbincang ataupun ajakan makan malam. kami tetap dengan kesibukan masing-masing. dia tetap asyik sendiri dengan bukunya. dan aku tetap berpura-pura membaca buku sambil asyik membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi diantara aku dan dirinya.
Menghadapi perempuan secantik dirinya, seakan aku tak punya daya apa-apa. semua jurus sepikan yang biasa aku gunakan di twitter tak ada gunanya jika dihadapkan dengan kenyataan yg sebenarnya. otak ku selalu penuh dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ; oke, kalo aku pake sepikan gaya Genna atau Bara. kira-kira dia luluh ga? atau dia malah senyum kemudian menjawab “itu sepikan genna ya? basi ah, aku kan follower mereka”. tidak-tidak, sepertinya itu ide buruk. aku harus mendekatinya dengan gaya yang berbeda. aku yakin, perempuan seperti dia pasti juga suka main social media. bahkan lebih buruk jika dia anak twitter. selebtwit pula. maka bisa dipastikan semua sepikan yang ditujukan padanya hanya akan mental dan tak dihiraukan.
Dan sore yang panjang itu berakhir tanpa menghasilkan apa-apa. aku terlalu lama bergelut dengan perandaian. dan sudah dipastikan, kesempatan satu hari ini untuk berkenalan sudah pupus dengan sendirinya. dari kejauhan, suara Adzan maghrib terdengar. ia tutup bukunya dan bangkit berdiri meninggalkanku yang terus menatap punggungnya dari kejauhan.
***
Sedari siang aku sudah mempersiapkan mental. kupakai baju terbaik yang kupunya. tak lupa minyak wangi dan permen penyegar nafas. sengaja kubeli buku baru di Gramedia dengan judul yang dapat mengisyaratkan siapapun yg melihat ketika aku membacanya dapat berpikir bahwa aku adalah lelaki yang romantis. ya. buku itu adalah….. JENGJENG !!!! “MUSASHI” karyaaaa, sebentar… karya siapa ini? “Eiji Yoshikawa” ya, Eiji Yoshikawa.
Tunggu, ini bukan novel romantis. ini karya epik kisah samurai. terkutuklah orang yang kutitipi uang untuk membeli buku pagi tadi.
“KIKIIIIIIII !!!!!” aku berteriak sekuat tenaga. terdengar suara orang berlari diluar kamarku. sedetik kemudian wajah seorang anak lelaki menyebalkan muncul dibalik pintu.
“ada apa kakak? ada yg bisa kiki bantu?” manis sekali. tapi aku tak terbuai keramahannya. kesalahan yang ia buat kali ini sungguh fatal. dan mungkin mengancam dunia romansa ku untuk beberapa jam kedepan.
“siapa yang suruh kamu buat beli buku setebal ini? kisah samurai pula!!!” aku muntab
“Aku sih kak. kan kakak sendiri yang nyuruh. kalo kiki mesti beli buku novel yg tebel dan kalo bisa kisahnya klasik. gitu kan?” wajah adikku itu masih kalem dan menjawab dengan enteng sekali. andai tak ingat jika dia adalah adikku satu-satunya, sudah kurebus ia bersamaan dengan ceker ayam. kujadikan ia sayur sop!!
“ia tapi kan…. ah sudahlah. pergi sana”. aku hilang kata-kata. betul kata kiki. aku cuma nyuruh kiki buat beliin aku novel klasik. bukan kisah percintaan. kadang, punya adik yg polos itu menyebalkan. tapi apa daya, kiki cuma anak kelas 6 SD. dia takkan peka jika kakaknya hari ini ada rencana penting dalam soal cinta. dia takkan mengerti, jika berkenalan dengan seorang perempuan adalah hal yang rumit untuk sebagian orang. ah, sudahlah.
***
“Sore itu aku sudah duduk manis dibangku taman tempat biasa kami berjumpa. sudah pukul empat. dan jika sesuai jadwal, sebentar lagi dia datang. aku menunggu gelisah. tanganku berkeringat. “oke, keep calm dude. kamu pasti bisa. slow. tarik nafas. hhhhmmmmmpppf. dan buang pelan-pelan. huuuuuuuuffffft” aku meracau sendiri.
Lima menit kemudian ia datang. dengn dandanan yang sama. jangan tanya ia memakai apa, aku sungguh tak tahu apa nama pakaian yang dikenakan nya. yang pasti ia memakai semacam rok panjang dan sebuah cardigan sepertinya. ya begitulah. rambutnya panjangnya digelung keatas. kacamatanya berwarna senada dengan baju yang dikenakannya, ungu!! hei, kacamatanya baru. kemarin-kemarin dia memakai kacamata dengan frame berwarna hitam. ah, ini pasti isyarat untukku kalau dia sedang jomblo. mungkin. baiklah, setengah jam setelah dia duduk, aku akan menghampirinya kemudian berkenalan. itu skenario ku. dan sepertinya akan berjalan lancar. karena cuaca hari ini sedang cerah dan mendukung. baiklah, itu memang sedikit tidak nyambung. but, who care?
 Setengah jam telah berlalu, aku sudah bersiap bangkit dari tempat dudukku. sekonyong-konyong seorang lelaki datang menghampiri perempuan itu. menyapanya dengan panggilan “hai sayang” yang terdengar menyakitkan ditelinga bagiku. mentalku runtuh, impianku rubuh. hanya dengan satu adegan yang durasinya tak lebih dari satu menit ini, aku telah jatuh sedalam-dalamnya dalam sebuah kekecewaan. oh Tuhan, yang benar saja. ini terjadi untuk kedua kalinya dalam hidupku. seketika terngiang dalam benakku kata-kata cecep ““Percayalah. Dia bukan orang yang tepat. Aku hanya kalah cepat.”  sedetik kemudian hapeku berbunyi dengan ringtone yang hari ini tiba-tiba terdengar begitu bangsat. Ebiet G. Ade - lagu untuk sebuah nama
mengapa dadaku mesti berguncang
bila kusebutkan namamu
sedang kau diciptakan bukanlah untukku
itu pasti, tapi aku tak mau peduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
biar kucumbui bayangmu
dan kusandarkan harapanku

perempuan itu menoleh kepadaku, ia tersenyum dan menghampiriku. “eh, ringtone nya bagus. boleh di bluetoth nggak?” aku tersenyum kecut.

note to self : begitulah, seorang lelaki pemalu. dunia percintaannya selalu berakhir sama, terlambat. walau bagiku cinta adalah nafsu yang mengenal kata malu. tapi untuk kedepannya. menyatakan cinta tak perlu mesti ragu. semangat!!


ditulis @kacang_almond dalam http://kacangalmond.tumblr.com

No comments:

Post a Comment