Monday, September 24, 2012
Memandangmu
Hari ini aku melihatnya lagi, mungkin untuk yang kesekian juta kalinya. Laki-laki itu, sibuk dengan laptopnya. Tampan, seperti biasanya. Rambutnya yang ditata model masa kini, membuatnya terlihat lebih segar. Mata dibalik kacamata berbingkai hitam itu tak berhenti memandangi layar laptop. Meskipun suasana di perpustakaan siang itu agak ramai, tapi dia tak terpengaruh. Hal itu semakin membuatku jatuh hati padanya.
Aku memang pemalu, tak berani menyapanya duluan. Memang beberapa kali kami berpapasan dan dia tersenyum ramah padaku. Aku hanya bisa membalas senyum ramahnya itu, lalu pergi secepat mungkin. Aku tak ingin dia melihat pipiku yang bersemu merah ketika melihat senyumnya yang sangat menawan itu. Aku tak mau dia melihat tanganku yang gemetar setiap berpapasan dengannya. Aku bahkan tak bisa berkata sedikitpun karena otakku sudah dipenuhi oleh dirinya. Oh ya, setiap kali kami berpapasan juga penggalan lagu Keane selalu menyergap kepalaku. Ingin mengenal dirinya lebih dalam. Berbincang di suatu tempat yang hanya kami berdua yang tahum mengobrol apa saja dengan tenang dan sesekali bercanda.
So if you have a minute why don’t we go
Talk about it somewhere only we know?
This could be the end of everything
So why don’t we go
Somewhere only we know?
Sesekali dia juga suka mencuri pandang padaku, lho! Atau aku yang ge-er ya? Ah, yang pasti, dia sering mencuri pandang ke arahku sambil tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih indahnya itu, atau juga sambil merapikan rambutnya yang mulai berantakan. Kode? Aku tak tahu. Yang pasti aku akan menyimpan setiap senyuman itu di hatiku yang terdalam. Anggap saja aku gila, tapi aku tak peduli. Hatiku sudah kuberikan padanya.
Hari itu, secara tak terduga kami bertemu setelah jam kuliahnya usai. Mulanya dia tersenyum seperti biasa, lalu tangannya mulai menyentuh tanganku. Dan untuk pertama kalinya, dia mengajakku bicara.
“Aku.. sengaja menemuimu. Selama ini aku tak berani mengungkapkan perasaanku, selama ini aku hanya berani memberikan senyum paling indah untukmu tanpa berani berkata apa-apa. Selama ini aku hanya bisa mencuri pandang padamu, tanpa berani mengajakmu bicara. Sekarang, aku rasa sekarang saat yang tepat. Aku mau kamu tahu, aku suka kamu. Aku tahu ini konyol, kita bahkan baru kali ini bicara empat mata. Tapi aku tak bisa menahan perasaanku lebih lama. Aku suka kamu..”
Akhirnya! Setelah beberapa tahun, baru kali ini dia berbicara padaku, momen yang sangat kutunggu-tunggu hingga lelah. Mendengar kata-katanya itu, aku makin tak bisa berkata apa-apa. Aku ingiiin sekali membalas pernyataannya itu, tapi tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku hanya memandangi wajahnya, ikut tersenyum, dan menyentuh tangannya itu. Apa dayaku, aku hanya bayangan dirinya dalam cermin. Biarlah jawabanku dalam hati saja. Aku juga suka kamu!
Oh simple thing where have you gone
I’m getting old and I need something to rely on
So tell me when you’re gonna let me in
I’m getting tired and I need somewhere to begin
(Somewhere Only We Know – Keane)
ditulis @ry4nn dalam http://bacafiksi.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment