Monday, September 24, 2012

Senja Hari Ini


Aku duduk di deretan kursi paling depan. Mengamati orang-orang berlalu lalang dengan menenteng tas dan bawaan-bawaan mereka. Sebagian memanggul kardus-kardus yang tampak berat untuk dibawa seorang wanita. Sebelahku, seorang pria tua, aku perkirakan umurnya 69 tahun. Memakai kaos putih dan bertopi merah. Dan sebelahnya, seorang wanita yang aku tak tahu umurnya berapa, tapi terlihat jauh lebih muda, sedang memperhatikan dengan mesra pria yang ada berada di depannya.

Stasiun hari ini memang agak ramai. Hampir semua tempat duduk penuh. Anak kecil berlarian sambil membawa mainan pistol-pistolan.
Aku tidak sedang menunggu kereta datang, aku juga tidak sedang menunggu seseorang. Aku hanya suka berada di sini. Menghirup udara di sini, memperhatikan sekitar, melihat kereta datang dan pergi, dan… Makan nasi pecel.

Aku duduk di bangku yang sama dengan hari itu. Hari dimana aku mengantarmu. 3 jam duduk berdua di sini, sampai akhirnya kereta itu membawamu pergi.
Hanya saja saat ini aku hanya ditemani suara tawa kakek nenek yang aku ceritakan tadi. Kau tahu? Mereka mesra sekali.
Tiba-tiba aku mengingatmu. Seakan waktu di sekelilingku berputar dan kembali pada saat itu. Dan yang aku lihat di sebelahku, bukan lagi nenek kakek itu. Tapi KITA. Iya.. Aku melihat kita sedang bercanda. Rambutku masih pendek sekali. Dan kamu, masih suka menggigit manja jari-jari tanganku. Aku melihatmu, melihat matamu, senyummu, senyum kita, suara tawa kita.
Aku melihat diriku sendiri sedang bersandar di bahumu, dan kamu menyambutnya dengan mesra, dan sesekali mencium kepalaku.

Waktu berjalan lambat, seakan semua adegan-adegan di sekelilingku sudah diset slow motion seperti di tv. Aku masih melihat kita. Kamu menggenggam tanganku dan bilang “aku nepatin janjiku untuk menemuimu kan..” Dan aku senyum sambil mengangguk.

Jam menunjukkan pukul 15.50, dan dari jauh aku mendengar suara kereta datang. Kereta yang sama dengan kereta yang dulu menjemputmu dan membawamu pergi.
Aku masih memperhatikan sekitar. Dan yang aku lihat bukan lagi kita…
Nenek kakek itu berdiri, bergegas mencari-cari gerbong yang akan mereka tumpangi. Mereka menghilang di antara para penumpang. Dan aku… Tiba-tiba merasakanmu ada di sini bersamaku. Iya.. Aku merasakanmu. Lewat angin-angin yang menerpa wajahku. Seperti adegan di film-film romansa yang biasa aku tonton.

Aku masih menikmati terpaan angin di wajahku sambil memejamkan mata. Cukup lama. Dingin, sejuk, dan menenangkan, seakan sedang dipeluk olehmu.
Mungkin orang mengira aku sudah gila. Atau mungkin aku memang gila?…
Aku mendengar suara kereta berjalan perlahan. Gerbong demi gerbong melewati bangku yang aku duduki. Dan saat gerbong terakhir melewatiku, aku membuka mata perlahan, dan kau tahu? Aku melihat diriku di seberang. Iya! Aku! Itu aku… Berusaha menahan airmata sambil melambaikan tangan kepada kereta yang mulai berjalan cepat.
Aku melihat diriku sedang melambaikan tangan kepada kakek itu…
Mereka menghilang. Aku, kakek itu, semua menghilang.

HP-ku berbunyi. Ada sms masuk. Dan itu dari kamu yang menyuruhku hati-hati saat pulang nanti.
Dan saat aku melihat sekitar, aku mendapati diriku sendirian, beberapa penumpang, dan anak kecil berlari-larian.

Senja mulai datang..
Sayang, andai kau di sini, aku pasti akan bilang “aku suka menghabiskan senja hari ini bersamamu”
Ya sayang, senja hari ini terlalu indah untuk aku nikmati sendirian. Terlalu indah… Kamu bisa melihatnya dari sana?

Aku beranjak pergi… Meninggalkan stasiun ini sambil membalas smsmu tadi,
“Aku juga sayang kamu…”

Terinspirasi Dari: Incubus - I Miss You


ditulis @iddailiyas dalam http://iddailiyas.tumblr.com

No comments:

Post a Comment