Saturday, September 22, 2012
MERAH
Pintar!
Itulah kesan pertama yang aku tangkap dari dia. Dengan gaya bicara dan gaya berpakaiannya yang terkesan cuek dan apa adanya, membuatku rela melabuhan hatiku padanya. Dia sama sekali buka tipe ku, pria yang pernah melabuhkan hatinya padaku sangat jauh berbeda dengan nya. Entah ada magnet apa yang membuat ku begitu dengan mudahnya bisa menyukai nya.
Malu!
Sangat malu, saat dia berada didekatku, aku tak berani menatap matanya, apalagi menyapa dirinya. Aku tak punya nyali untuk mendekatinya. Aku merasa ini bukan saatnya untuk berbicara dengannya, sampai kapan aku akan menjadi pemuja rahasianya? Aku pun tak tahu.. selamanya? Mungkin…
***
Hari demi hari, bulan demi bulan, aku hanya berani melihatnya dari jauh, aku selalu berharap dia tahu apa yang sedang aku rasakan..
Suatu hari di bulan Oktober, dia dipercaya untuk menjadi ketua pelaksana sebuah acara besar, aku pun turut serta di dalamnya, aku merasakan kebanggan tersendiri, karena sudah menyukai orang yang aku nilai sempurna. Aku merasa dia mulai mengerti sinyal-sinyal yang aku berikan kepadanya.
Saat aku sedang sendirian, aku mencoba menghubungi sahabatku Shanti, terjadi pembicaraan yang cukup panjang dengan nya, dialah orang yang paling mengerti sifat burukku, hal apapun aku ceritakan kepadanya, begitupun sebaliknya. Aku pun menceritakan perasaan ku saat ini, saat sedang asik mengobrol, dari kejauhan aku lihat dia mencoba memotret ku, jangan tanyakan rasanya seperti apa, yang pasti aku sangat bahagia.
“San, dia sedang liat ke arahku, sepertinya dia sedang mencoba memotret ku”
“Oya? Hm.. sepertinya dia menyukaimu” ujar Shanti
Perbincangan ku dengan Shanti pun berakhir dengan datangnya waktu agar aku kembali menjalankan tugas dalam acara itu. Setelah event selesai, aku menyalami tangannya dengan senyum bangga (tentu saja dengan tidak menatap matanya)
Sinyal-sinyal yang aku berikan kepadanya semakin kuat, tapi tetap saja, saat didekatnya aku tak berani memandangnya.
Pecundang cinta….
Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sikap ku padanya, aku benar-benar hanya berfikir, bahwa saat itu juga aku suka dengan nya, tanpa memperdulikan dia suka atau tidak dengan ku, dan aku hanya sanggup melihatnya dari jauh, tanpa ada secuil keberanian untuk sekedar menyapa dirinya. Hati ini rasanya sakit jika aku melihat ia bercanda atau sekedar mengobrol dengan wanita lain.
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya
Mungkinkah aku jatuh hati padanya
Hatiku, terasa semakin rindu…
Rindu ini hanya untuk dirinya
Sayang ini hanya untuk dirinya
Oh Tuhan…
Aku jatuh cinta..
***
Suatu hari di bulan November…
Aku mencoba mendekati sahabat karibnya, panggil saja dia Mati. Entah kenapa dia di panggil seperti itu, aku hanya memanggilnya demikian karena dia sering di panggil seperti itu.
“Aku ingin menyatakan cinta pada sahabat karibmu, menurut kamu bagaimana?” ujarku pada Mati.
“Serius kamu? “ ujar Mati kaget.
“Aku serius” jawabku menegaskan.
“Sebagai sesama wanita, aku mengerti perasaan mu Gadis, mmmm… begini saja, aku akan membuat sebuah rencana agar kau bisa menyatakan cintamu padanya”
“Caranya?” tanyaku dengan cepat
“Aku akan coba pikirkan dahulu, aku pasti bantu kamu, tenang saja” ujarnya sambil menepuk-nepuk pundakku. Aku pun tersenyum lega.. terimakasih Mati..
***
Suatu hari di awal bulan Desember…
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan untukku, juga hari yang membuat jantungku berdebar cepat, bagaimana tidak, hari ini aku akan menyatakan cintaku padanya. Pada hari itu, rasa cinta ini sedang dalam puncaknya, aku berniat untuk mengatakan padanya bahwa aku menyukainya.
Aku mengajaknya bertemu di taman Pemerintah Kota Bandung, aku benar-benar tidak sabar untuk mengungkapkan rasa ini. 15 menit berlalu, aku mulai cemas, apakah dia akan datang? Aku mencoba menghubunginya, tapi tidak ada jawaban darinya, aku mulai cemas, apakah dia benar-benar tidak akan datang? Atau jangan-jangan dia tahu rencana ini?
Tepat menit ke 20 dari waktu yang di janjikan, ia datang menghampiriku, dengan celana jeans dan kemeja kotak-kotak kesayangannya dia terlihat begitu sempurna di mataku..
Kau begitu sempurna…
Dimataku kau begitu indah..
Kau membuat diriku akan selalu memujamu…
“maaf aku datang terlambat, tadi aku ada urusan dulu” ujarnya membuka percakapan
“em.. tidak apa-apa kok” jawabku
“kamu sudah lama di sini? Mati mana? Katanya dia juga mau datang kesini” ujarnya sambil memutar-mutar kepalanya ke kiri dan ke kanan
“um.. mungkin dia terlambat datang” jawabku yang di iringi dengan senyuman terbaikku.
Sekarang kami berdua duduk berdampingan, duduk beralaskan kursi taman usang yang mulai berkarat.
Suasana saat itu terasa sangat romantis, hanya ada aku dan dia, entah dari mana sumbernya, aku mendengar alunan melodi indah dari sebuah biola, yang menambah romantis suasana.
“Ngomong-ngomong, ada perlu apa kalian minta aku datang ke taman ini?”
“Deg” jantungku langsung berdegup kencang saat ia berkata seperti itu, ada sedikit perasaan cemas dan takut menghampiriku, tapi aku mencoba mengendalikan diriku agar tak terlihat salah tingkah.
Lantas aku pun memandang kedua bola matanya, meskipun matanya terhalang oleh sekotak cermin kembar, aku berusaha menembusnya, aku ingin melihat lebih dalam kedua matanya, agar ia tahu bahwa aku sangat menyukainya, dan untuk pertama kalinya aku berani menatap kedua mata indah nya. Mungkin inilah saatnya aku mengungkapkan apa yang selama ini aku rasakan..
“Maaf kalau selama ini aku sudah lancang sama kamu”
“Lancang? Lancang apa? Kamu tidak pernah lancang sama aku”
“Sebenarnya… selama ini.. aku.. aku.. aku suka kamu….” ujarku terbata-bata
Dia hanya diam… entah apa yang terbesit di benaknya saat aku berkata seperti itu.
“sejak kapan kamu menyukai aku?” ujarnya dengan tatapan sendu yang membuat jantungku semakin tak menentu.
“sejak aku memandang kedua bola mata indah mu”
Dia kembali terdiam, sekarang kepalanya terlihat menunduk menatap bumi..
“Gadis, bagaimana aku bisa membalas rasa itu kalau selama ini kita tidak dekat?”
Saat itu juga jantungku seperti berhenti berdetak, sekarang giliran aku yang tertunduk lemas.
“Maafkan aku.. kamu tidak salah, hanya sekarang waktunya tidak tepat”
Seperti mendengar petir di siang bolong, dalam sekejap mata hatiku seketika itu juga langsung luluh lantak.. aku tertunduk lemas, masih belum bisa menerima keadaan ini…
Now I’m on my own side
It’s better than being on your side
It’s my fault when your blind
It’s better that I see it through your eyes
Aku beranjak dari bangku taman, begitu juga dengannya.
“Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu, jujur, apa yang kamu rasakan sama aku, aku tidak bisa merasakannya…” ujarnya dengan nada rendah….
Aku hanya terdiam.. pikiranku melayang akan semua kenangan bersamanya, saat kita saling curi-curi pandang, saat aku bercerita pada teman-temanku bahwa aku suka padanya, saat aku tahu dia memotret ku seperti paparazi, semua itu seakan terhapus oleh satu deret kalimat penegas.
“Lain waktu, kalau kamu suka atau sayang sama seseorang, tunjukkan, perjuangkan, dan buktikan bahwa kamu benar-benar jatuh cinta sama dia”
Sekarang dia berdiri sejajar dengan ku, dan aku masih tertunduk lesu, rasanya kepala ini terlalu berat untuk aku angkat.
Lantas, aku pun memeluknya, dia sedikit tersentak kaget, kami terdiam tanpa kata, tak ada satupun kalimat yang terucap dari bibirnya, ataupun dari bibirku, dan akhirnya, kami berdua hanya terdiam dalam pelukan…
***
Ingin ku peluk tubuhmu denga erat, mengunci bibir kita dan biarkan hati ini yang bicara.
saat ku tatap matamu, aku tau ada rasa, rasa yang tak mungkin aku berikan padanya.
entah kapan rasa itu muncul, yang jelas aku sedang menikmati nya, menikmati indahya jatuh cinta kepada dirimu.
aku sadar, suatu saat nanti rasa cinta ini akan pudar, tapi tidak dengan semua memori indah tentang kita berdua.
aku tahu, suatu saat nanti, rasa cinta ini perlahan akan membunuhku
setiap gerakanmu aku tau, setiap ucapanmu aku mengerti, tapi satu hal yang tidak aku tau dan tidak aku mengerti, yaitu cintamu..
***
*) Diinspirasi dari lagu It End Tonight - The All American Reject
Ditulis oleh @ucancallmeicha dalam http://gadiskecilmemegangkamera.tumblr.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment