Tuesday, September 18, 2012

Pengalaman Terbaik


Sms dari kamu lagi. Langsung kuhapus tanpa kubaca. Paling-paling kalimat "kita harus bicara" lagi yang kau kirim. Aku tidak peduli, tidak mau tau, tidak mau bicara. Kita putus. Selesai.

***

"Lo ngga mikir kegampangan ya ngajakin Doni putus? Udah ilfil aja gitu sama dia?". Aduuuuh, lagi galau-galaunya si Mirna malah berisik ngebahas ini.

"Eh, jangan manyun aja.. Jawaaab.."

"Iyeee.. Udah ilfilll!! Siapa juga yang ngga ilfil kalo diselingkuhin?!" Jawabku asal. Aku malas sekali membahas hal ini.

"Sejak dia ketahuan jalan sama cewe lain lo ngga pernah kan ketemu dia lagi. Kalo main putus ngga baik-baik nanti nyesel loh.."

"Ngga bakal gue nyesel mutusin tukang selingkuh.." Kataku sambil beranjak pergi. Kabur karena aku takut. Takut ketahuan bohong. Mirna mungkin tau aku bohong, tapi aku lebih memilih begini untuk sementara. Bohong dan membohongi diri sendiri. Ya. Semuanya baik-baik saja.

***

"Bukan salah dia, Don."

"Iya, emang semua salah gue, Mir..."

"Nah, yang itu gue setuju."

"Gue ngga serius sama cewe itu Mir!"

"Lo juga ngga serius sama Naya!"

"Kalo gue ngga serius sama Naya, sekarang gue ga ke sini minta saran lo, temennya Naya, yang bisa jadi lebih marah ke gue daripada Naya.."

"Nah itu lo tau! Lo tau gue bakal marah sama lo! Jelas-jelas itu temen baik gue yang lo sakitin!"

"Gue sayang Naya, Mir... Sayang banget... Please..."

"Yaudah gini ya, gue kasih tau... Naya itu bukan cuma marah. Dia takut. Lo itu pacar pertamanya. Cowo pertama yang dia suka, yang dengan manisnya suka sama dia juga. Dia punya banyak mimpi tentang lo jadi pangeran berkuda putih yang dateng ngelamar dia terus hidup bahagia selama-lamanya. Dia sekarang takut kalo lo itu bukan pangeran. Makanya sekarang itu dia lagi kabur dari lo. Lo tunjukinlah kalo lo itu pangerannya. Jangan cuma telpon dan sms dia, mulai cari cara ketemu dia. Gue juga rasa kalian butuh ngomong langsung."

"Gimana caranya tapi? Dia masih marah banget. Kerjaannya ngehindarin gue terus Mir.."

"Ngehindarin nerima telpon dan bales sms lo.. Pangeran-pangeran di dongeng itu semua nyamperin putrinya walopun harus ke hutan.."

***

Udah tiga hari aku menunggu Naya di depan rumahnya. Sampai-sampai aku bolos kuliah. Seperti saran Mirna, aku tidak akan menyerah. Mirna benar, ini sepadan dengan kesalahanku.

Tapi kenapa ya Naya tidak keluar rumah selama tiga hari ini? Apa dia tidak kuliah juga? Sepertinya tidak mungkin... Bagaimana dengan kegiatan BEMnya yang selalu padat acara itu kalau dia tidak kekampus? Ah, kenapa aku jadi serba bingung tentang Naya begini ya?

Aku jadi semakin sebal dengan kebodohanku. Aku jelas mencintai Naya, tapi kenapa mau-maunya tergoda kesenangan sementara dengan Mila hanya karena Naya sedang sibuk dengan BEMnya? Kenapa aku main-main dengan hubunganku dengan Naya?

Telepon genggamku berbunyi, Nayakah yang menelpon? Oh, ternyata sms. Dari Mirna.

"Naya dirumah gue nih, dari tadi subuh dia kesini buat ngehindarin lo. Jangan bilang gue kasih tau lo ya!" Begitu bunyi pesan singkat dari Mirna. Tunggu apa lagi?

***

"Naya.."

"Kamu?! Kok...???"

"Kamu ngga keliatan selama tiga hari ini, jadi kupikir kamu nginep dirumah Mirna. Nay, kita perlu ngomong."

"Ngomong apa lagi sih? Udahlah ngga ada yang perlu diomongin lagi..."

"Kamu akan nyesel Nay!"

"Ohya? Nyesel karena putus sama cowo yang nyelingkuhin gue?! I don't think so!"

"Nyesel karena sebenernya kita bisa perbaikin ini! Nyesel karena kamu ngga mau maafin aku sekarang, tapi dua-tiga tahun lagi pas marah kamu reda kamu akan sadar kalo kamu udah ngebuang cowo yang sayang sama kamu!"

"Cowo yang sayang sama gue macem apa yang selingkuh?!"

"Cewe itu udah punya pacar, Nay!"

"... Hah?!"

"Dia udah punya pacar, sama kayak aku. Kita ngga ada rencana nerusin hubungan kita. Kita cuma lagi dalam situasi...... Kamu sibuk dengan BEM, cowonya lagi sibuk skripsi...... Mungkin kita sama-sama kesepian dan bodoh dan..... Aku ngga tau..... Tapi aku tau pasti, aku dan dia itu ngga serius..."

"Kamu bilang kamu ngga keberatan aku aktif di BEM?"

"Aku ngga keberatan. Aku sangat ngedukung kamu. Tapi di sisi lain, aku butuh perasaan kalo aku punya pacar. Aku emang bego banget, Nay. Tapi please, give me a second chance. Ngga akan aku sia-siain... Kamu boleh putusin aku kalo aku selingkuh lagi."

"Aku ngga tau, Don."

"Kamu masih cinta kan sama aku?"

"Aku........... Ngga tau"

***

"Apa kamu masih cinta aku?"

"Ya"

"Jadi, kamu mau terima aku lagi?"

"Ngga"

Kamu tertawa sinis mendengar jawabanku. Mungkin memang bukan jawaban yang kamu harap setelah menunggu kepastian hatiku sejak terakhir kita bicara.

"Jadi ini jawaban kamu?! Setelah semuanya?? Setelah kamu sadar kamu masih cinta aku?! Kamu tetep marah sama aku??!"

"Kalo aku masih marah, aku ngga akan mau putus baik-baik sama kamu."

"Oh, jadi selama ini di otak kamu cuma ada putus baik-baik dan putus ngga baik-baik? Tau ngga kalo sebenernya ada opsi lain. Apa ya namanya? Hmm... Kalo ngga salah namanya BALIKAN!". Aduh, takut deh liat kamu marah-marah kayak gini. Gimana caranya bikin kamu ngerti?

"Aku ngga suka diselingkuhin"

"Aku... Ngga tau ya harus berapa kali bilang kalo aku nyesel banget dan minta maaf ke kamu..."

"Aku maafin, kamu kok ngga ngerti sih?"

"Oke, aku diem deh! Coba bikin aku ngerti.."

"Aku sayang kamu yang dulu, yang aku tahu ngga akan selingkuhin aku... Jelas kamu yang aku maksud itu udah ngga ada lagi sekarang" Meskipun dahimu mengkerut, kamu benar-benar diam dan mendengarkanku. Aku jadi sangat tegang, tapi ini kesempatanku menjelaskan semuanya.

"Sekarang keadaan kita udah beda. Sesayang-sayangnya aku ke kamu, percayanya aku sekarang udah jauh berkurang ke kamu. Kamu udah beda dari harapan aku, dan itu ngebuat aku jadi beda juga. Aku yang sekarang ngga akan bisa berhenti mikir kalo aku ini ngga cukup untuk kamu. Kalo kita balikan, kamu ngga pacaran sama aku yang dulu. Kamu akan pacaran sama aku yang ngga akan percaya apa yang kamu lakuin, yang tiap kamu salah akan nyesel kenapa mau balikan sama kamu. Kamu mau pacaran sama aku yang kayak gitu?" Aku mengeluarkan semua penjelasan yang aku punya. Alasan tentang kenapa aku tidak mau kita kembali. Aku siap menerima kembali argumen kamu. apapun hasil pembicaraan kita hari ini, niatku bulat. kita sudah beda.

Tapi kamu malah menunduk sedih. Raut wajahmu yang keras dan tidak terima tadi menghilang. Aku coba mendekatimu, mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata kamu sedang menahan tangis.

"Aku ngerusakin kamu ya..." katamu. Ah, ternyata kamu benar-benar pacar aku, Don. Aku lega menemukan sisi Doni yang mengenalku di saat-saat akhir. Cukup untuk memberiku harapan bahwa hubungan kita tidak akan saling mematahkan setelah ini.

"Aku ngga rusak, cuma berubah jadi bentuk yang ngga pas buat kamu."

"I'm so sorry Nay... Aku ngga nyangka, aku nyesel, a- aku..." Kamu akhirnya menangis. Aku yang tidak pernah melihat kamu menangis jadi kaget melihatmu menangis sampai terisak begini. Kamu tidak mempersiapkan "putus" untuk jadi pilihan kita hari ini ya??

"Ini yang terbaik." Kataku... Kamu hanya mengangguk sambil menyembunyikan wajahmu. Melihatmu sekarang, kebencianku padamu sirna. Aku rasa pada titik inilah aku benar-benar memaafkanmu. Aku berjalan meninggalkanmu sendiri. Ada perih di tiap langkahku, memberatkan kaki. Kamu bukan lagi laki-laki yang harus kuhibur dan kutemani saat sedih. Semakin jauh aku berjalan, semakin sakit rasanya, membuatku meneteskan air mata yang dari tadi mati-matian kutahan. Tapi di tiap langkah itu jugalah aku berdoa semoga kelak kamu menemukan perempuan yang cukup untukmu.

***

"Ngga nyesel, Nay? Doni serius sayang loh sama lo..."

"Ngga..."

"Padahal gue pikir kalian bakal baikan. Lo cocok banget kok sama dia. Lagian kalian juga masih saling sayang kan... Lagian bukannya lo pengen pacaran sekali aja seumur idup?"

"Kalo ngga cukup baik, ngapain juga dipaksain cukup? Nanti yang lebih baik lewat, malah nyesel."

"Ya, terserah lo deh, Nay. Gue dukung aja."

"Thanks, Mir."

***

Oke, Mimpi untuk menjadikan yang pertama sebagai yang terakhir mungkin pupus. Tapi aku mengerti satu hal, bahwa dengan adanya pertama kali, hal yang baik akan menyusul. Entah itu kebahagiaan, atau atau pendewasaan.

Mungkin cinta pertamaku bukan cinta terakhirku. Tapi aku tetap bersyukur karena membuka hati pada cinta. Karena pada akhirnya cinta pertamaku telah menjadi pengalaman terbaikku. Aku senang mengizinkan cinta masuk ke kehidupanku, dan aku akan sabar menunggu cinta datang lagi.


*) Diinspirasi dari lagu Rusak - Anji

Ditulis @si_meong_oren dalam http://meong-kucingoranye.blogspot.com

No comments:

Post a Comment