Lonceng gereja tampak kusam, seolah ikut tergilas zaman bersama bangunan gereja tua yang ada di pelosok salah satu desa di Jawa Tengah itu. Tempat ini tidak lagi seramai empat puluh tahun lalu. Semua orang sudah berbondong-bondong pindah ke kota besar, meninggalkan perkampungan ini hingga kesepian dalam sendirinya.
Seorang pria separuh baya mendorong kursi roda yang diduduki istrinya dan berhenti di halaman gereja. Tidak ada lagi umat dan pelayan Tuhan yang mengunjungi bangunan itu, kini gereja yang penuh kenangan itu hanya tinggal puing-puingnya.
“Sedikit kusam dan sepi, tapi masih terasa hangat seperti dulu,” sang istri berkomentar. Suaminya mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak istrinya lembut, “dulu, puluhan tahun yang lalu, kita pertama kali kenalan di depan gereja ini, bukan?”
Masihkah kau ingat waktu di desa
Bercanda bersama di samping gereja
Kala itu kita masih remaja
Yang polos hatinya bercerita
Pria separuh baya itu tersenyum, bagaimana mungkin ia lupa pada pertemuan pertama itu. Pertemuan itu pula yang membawa mereka pada perjumpaan-perjumpaan berikutnya. Ada banyak kenangan manis dan pahit yang mereka lewati, dimana gereja tua ini selalu jadi saksi.
Juga ketika bibir mereka pertama kali beradu begitu lembut menjadi ciuman yang hangat, dan ketika wanitanya itu pamit akan pindah ke kota, semuanya terjadi di sudut-sudut gereja ini.
Waktu kini tlah lama berlalu
Sudah sepuluh tahun tak bertemu
Entah dimana kini kau berada
Tak tahu dimana rimbanya
Jatuh bangun dan menikah dengan orang yang salah beberapa kali, sebelum akhirnya mereka bertemu lagi dan melanjutkan jodoh yang lama terpisah waktu. Gereja ini tidak hanya menyimpan kenangan, tapi juga sejarah hidup mereka.
Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di gereja tua
Waktu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Pria itu mengikuti keinginan istrinya. Perlahan ia mendorong kursi roda tadi dan berbalik pergi. Sebentar lagi adzan magrib berkumandang, maka mereka harus bergegas. Pria tua itu segera membenarkan letak peci hitamnya, ketika langkah mereka mendekati surau.
Kita berdiri begitu rapat
Hingga suasana begitu hangat
Tanganmu kupegang erat-erat
Kenangan itu slalu kuingat
***
NOTE:
Panbers – Gereja Tua *edisi lagu jadul*
ditulis @PPutriNL dalam http://petronelaputri.wordpress.com
No comments:
Post a Comment