Wednesday, September 12, 2012

Utuh


Aku iri pada Barbie! Bayangkan, tubuhnya tinggi, kurus dan sangat cantik dengan rambut pirangnya yang tergerai menawan itu. Dia punya banyak sekali pakaian yang dapat diganti-ganti. Dia juga punya sebuah rumah besar yang hanya ditinggalinya sendiri. Betapa menyenangkan!

Sedangkan aku hanyalah boneka penari balet yang sepanjang waktu hanya bermain balet. Gerakan Pirouette sudah berkali-kali kulakukan hingga kakiku mati rasa. Sedangkan gerakan Arabesque juga tak kalah seringnya. Hanya dengan melakukan gerakan-gerakan sulit ini sepanjang hari, dapat kuraih tatapan kagum dari para boneka dalam kamar ini. Tak terkecuali Barbie dan.. Ah, boneka tampan itu. Boneka yang kata majikanku merupakan pendamping sempurna diriku, boneka prajurit berkaki satu.

Ya, boneka prajurit berkaki satu itulah yang memikatku dari hari pertama aku berada di kamar ini. Topinya yang lucu, pakaian berwarna merah yang membuatnya terlihat gagah, termasuk juga sebelah kakinya yang membuat dia terlihat unik di mataku. Meskipun kondisi fisiknya tidak utuh, namun dia untuh di mataku. Dan hanya aku yang dapat melihatnya. Kukira dia akan mencari pasangan yang seperti dia juga. Ternyata tidak. Prajurit berkaki satu itu rupanya punya mimpi yang cukup tinggi. Dia mengejar-ngejar Barbie tanpa lelah. Barbie rupanya juga terpikat pada ketulusan hati prajurit berkaki satu. Meski butuh waktu agak lama, akhirnya Barbie menerima cintanya kemarin.

Jangan salah, aku pernah mengutarakan cintaku padanya. Dan hasilnya dapat ditebak, dia menolakku demi Barbie. Betapa sakit dan hancurnya hatiku waktu itu. Aku bahkan tak mau bertemu dengan para boneka lain sebulan penuh. Setelah itu, aku menerima tawarannya menjadi sahabat saja, demi untuk tetap bisa berdekatan dengannya.

Sebagai sahabat, tentunya kami tak jarang saling curhat. Dia yang curhat, lebih tepatnya. Selama ini aku hanya menjadi pendengar yang baik, karena aku lebih memendam segala sesuatunya dalam hati. Curhat-curhatnya seringkali berhubungan dengan Barbie. Ah, aku masih ingat waktu itu, selepas aku memberikan pertujukan balet gratis bagi teman-temanku sesama boneka.

“Menurutmu, barbie itu bagaimana sifatnya?”
“Tak tahu. Aku tak dekat dengan dia” jawabku datar.
“Kalau aku berpacaran dengannya, menurutmu bagaimana?” Mendengar pertanyaan itu bagaikan disambar petir di siang bolong. Keras dan sakit, terutama pada bagian hati.
“I’ll support you, apapun keputusanmu” jawabku dengan berusaha tersenyum. Ah, menjadi sahabat yang baik bukan suatu kesalahan, kan?
“Serius? Kau tak cemburu?” tanyanya heran, mengingat dia tahu kalau aku (pernah) mencintainya.
“Aku rela. Asal kamu bahagia dan dia bisa membuatmu utuh”

Dan tadi pagi, kudengar berita bahwa prajurit berkaki satu pindah ke rumah besar milik Barbie. Air mataku menetes deras hingga tak dapat kuselesaikan gerakan Arabseque ku. Air mataku berisi penyesalan dan sakit hati. Rupanya mereka benar-benar serius menjalin hbungan. Namun aku berpikir bahwa aku tak bisa begini terus. Kuputuskan untuk menerima Prince Jose sebagai pasanganku, meskipun kami baru dekat. Aku sangat berharap Prince Jose dapat membantu melupakan rasa cintaku pada prajurit berkaki satu.

Prince Jose sebenarnya boneka yang sangat menawan. Tinggi, gagah, dan juga seorang pangeran. Boneka yang membuat boneka lain tergila-gila. Prince Jose jelas-jelas mencintaiku, Dia mengutarakan hal itu keras-keras kepada semua boneka, tepat setelah kuterima cintanya.

Hari demi hari berlalu, aku belum juga bisa melupakan cintaku pada sang prajurit berkaki satu. Dan di hari ini, di anniversary 6 bulan antara aku dan Prince Jose, kulihat prajurit itu bermesraan dengan Barbie, padahal aku akan mengadakan pertunjukan solo untuk merayakan anniversary ku. Aku memilih cerita Swan Lake, yang bercerita tentang seorang putri yang dikutuk menjadi angsa oleh penyihir jahat. Aku membayangkan Barbie ketika menarikan Swan Lake ini. begitu benci kepadanya, begitu ingin menamparnya.

And there they are, the perfect couple. Prajurit berkaki satu itu dan Barbie. Menonton pertunjukanku dari kejauhan sambil bermesraan. Aku menyerah. Sesungguhnya selama ini aku berpura-pura merelakan dia  pilih cinta yang dia mau. Padahal hatiku seperti disayat sembilu setiap kali melihat mereka bermesraan. hatiku remuk, hancur sudah.

Aku terus menari dan menari. Tak kuhiraukan kakiku yang sudah mati rasa. Tak kuhiraukan bunyi ‘krek krek’ yang terdengar dari banyak sendi pada tubuhku. Putaran tubuhku semakin cepat. Aku meloncat berkali-kali. Dan loncatan terakhir sebelum finale, aku terjatuh dan seluruh tubuhku menyentuh lantai dengan keras.

Tubuhku hancur, menyusul hatiku yang sudah hancur terlebih dahulu.



sesungguhnya ku berpura-pura
relakan kau pilih cinta yang kau mau
sesungguhnya ku tak pernah rela
karena ku yang bisa membuat hatimu utuh

(Utuh ~ Tangga)


ditulis @ry4nn dalam http://bacafiksi.wordpress.com

No comments:

Post a Comment