"Miss You Like Crazy- The Moffats"
I used to call you my girl
I used to call you my friend
I used to call you the love
The love that I never had
When I think of you
I don't know what to do
When will I see you again
I miss you like crazy
Even more than words can say
I miss you like crazy
Every minute of every day
Girl I'm so down when your love's not around
I miss you, miss you, miss you
I miss you like crazy
You are all that I want
You are all that I need
Can't you see how I feel
Can't you see that my pain's so real
When I think of you
I don't know what to do
When will I see you again
Dan beginilah kisah ini dimulai...
Ketika waktu tak lagi terasa berjalan, lambat, hampa, dan seakan hanya berbentuk ruangan kosong belaka.
Saat tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan saya mulai meragu entah kapan waktu kembali mempertemukan kita.
Bagaimana perkara merindukan seseorang berubah menjadi cerita paling abstrak?
Lebih dari segala kata2 yang pernah kuketahui sejak dari awal belajar mengeja, inilah yang tak dapat kugambarkan.
Bahkan ketika waktu tak dapat kutemui kemana akhirnya ia bermuara, biarkan saja akhirnya kau yang berbicara.
Dalam diam, dalam jarak yang tercipta, seharusnya masih ada hening yang bercerita.
Dan dengan heningnya segala kerinduan yang tercekat di lidah, saya menikmati setiap waktu yang mengalir.
Rindu itu tetap ada, entah berapapun jaraknya, tak peduli walau waktu hanya memisahkan dalam sekian kedip saja.
Setiap kali kita bertemu, di akhir waktu saya merindukanmu.
Dan berharap akan segera ada jawaban kapan waktu akan mempertemukan kembali.
Saya merindukanmu bahkan ketika saat kau baru saja bergegas beranjak dari sisiku.
Ketika rindu itu datang menyergap, tak pernah ada yang lebih hening daripada puncak malam-malam tergelap setiap harinya.
Tak pernah ada yang lebih indah daripada saat-saat bayanganmu mengantar impian tidurku.
Tapi terkadang rindu itu begitu mengiris, membekas perih saat tak mungkin untuk bertemu. Kemudian timbullah pertanyaan, adakah yang bisa mengobati rindu daripada sekedar bertemu?
Entahlah, belum pernah ada yang menjawabnya.
Bilamana pula saat dirimu dihadapanku tak akan pernah rela menghabiskan waktu yang ada untuk sekedar berbasa-basi. Tak ada waktu! Waktu terlalu singkat untuk itu.
Biarkan saja waktu yang singkat itu habis hanya untuk melihatmu, mendengar suara alam di sekeliling kita, membiarkan luruhnya semua rasa rindu yang selalu tersimpan setiap harinya untuk kemudian dicurahkan lagi esoknya.
Begitulah waktu, berputar namun selalu terjadi hal yang sama, selalu ada rindu.
Atau mungkinkah ada cara yang terbaik untuk meniadakan rindu adalah untuk tetap tinggal. Bertahan disini, disisiku. Mungkinkah?
ditulis @hannaahan dalam http://hannasiahaan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment