Friday, September 21, 2012

Telat!


Asem !
Kutendang kaleng kosong untuk meluapkan kekesalanku.
Kaleng itu menggelinding sebelum akhirnya masuk ke selokan.
Tapi kekesalanku belum mereda.
Rasanya ingin berteriak sekeras-kerasnya.
——-
Namanya Dyas. Gadis manis dari fakultas sebelah yang ku kenal dari temanku.
Sejak saat berkenalan dengannya, aku sudah tertarik.
Siapa yang tidak tertarik dengan gadis berlesung pipi, bertutur kata sopan, berkerudung pula ?
Saat itu pula, aku sudah bertekad untuk menjadi kekasihnya.
Rasa-rasanya rasaku tidak bertepuk sebelah tangan.
Setiap ajakanku untuk makan bersama atau sekedar jalan-jalan mengelilingi kota tak pernah ditolaknya.
Dia selalu tertawa mendengar leluconku.
Dia mengaku nyaman berada di sampingku.
“Sepertinya dia memang menyukaiku,” batinku.
——-
Hari ini, aku berencana meminta Dyas untuk menjadi kekasihku.
Setelah hampir dua bulan mendekatinya dan melihat semua responnya, aku percaya diri bisa menjadi kekasihnya.
Dengan senyum mengembang, aku memacu sepeda motorku ke rumahnya.
Sesampainya disana, sudah ada mobil terparkir di depan rumahnya.
“Tamu orang tuanya mungkin,” pikirku.
Setelah memarkir motor, aku bergegas menuju pintu rumahnya yang terbuka.

Betapa kagetnya aku mendapati siapa yang duduk manis di ruang tamu bersama Dyas.
Rio ! Rio ada di samping Dyas, dan mereka saling bergenggaman tangan.
Alamak !! Apa-apaan ini ?!!
Rio yang mengenalkanku dengan Dyas, kenapa sekarang dia ada disini ??
Beribu pertanyaan berjejalan di kepalaku.

Dengan terheran-heran, aku bertanya ada apa di antara mereka.
Dyas hanya tersipu.
“Kami baru jadian kemarin,” kata Rio sambil memberikan cengiran di wajah.
Jantungku seperti berhenti.
Jadi, selama ini Rio juga mendekati Dyas ?
Lalu untuk apa dia memperkenalkan Dyas padaku ?
Kepalaku serasa berputar-putar.
Aku pun memutuskan untuk segera pergi dari hadapan mereka.
——-
Jadi, disinilah aku malam ini.
Duduk sendirian di taman kota hanya ditemani sekaleng kopi. Memikirkan kejadian di rumah Dyas sore tadi.
Dering handphone membuyarkan lamunanku.

From : Rio
“Sobat, maafkan aku mencintainya. Aku tidak berniat merebut dia dari kamu. Tapi jujur aku cemburu saat kamu bersamanya. Maaf. Aku yang dipilih olehnya :)”

Terdengar para pengamen menyanyikan lagu milik Padi di kejauhan.

Oooh sobat..maafkan aku mencintainya.
Aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti…

Aku melemparkan kaleng kopi sekuat-kuatnya.
Sial !
Aku ditikung temanku sendiri.


*)Terinspirasi dari lagu Sobat - Padi
ditulis @retnoSionter dalam http://pilong.tumblr.com

No comments:

Post a Comment