Saturday, September 15, 2012

Tentangmu Kawan

Pagi ini cerah, kawan. Mentari masih tetap saja menghangatkan. Secangkir kopi yang sejak pagi tadi ku seduh, bahkan belum sempat tersentuh, biarlah dulu, biarkan saja dingin dulu, kawan. Biarlah kunikmati dulu rokok kesukaanku yang mungkin dulu juga sering kau nikmati kawan, Mungkin sebatang atau dua batang. Kali ini, entah kenapa aku rindu kau kawan. Jadi kali ini aku ingin sedikit mengenang tentangmu, kawan. Mengenang kau yang mungkin sudah tenang diatas sana. Mengenang kau yang telah lebih dulu menemui Tuhan Yang Maha Kuasa.

Oppss.. Ini dia nih lagu kesukaanmu kawan *Lagu Selamat Jalan – Tipe X* Biar kuputarkan. Masih melekat sekali di ingatanku kawan. Saat-saat kita dendangkan, aku yang memainkan gitar dan kau yang menyanyikan dengan gayamu, kawan. Lucu, tapi dengan pedenya kau tetap menyanyikan. Dengan menirukan gaya sang vokalis tipe-x *Trisno* kita mainkan lagu ini dengan riangnya. Bahkan tak jarang kau tambahkan puisi-puisi karanganmu sendiri yang sebenarnya sih tidak nyambung sama sekali, tapi cukup lucu, cukup menghibur setiap orang yang mendengarkan. Bahkan tak jarang, ketika malam hari kita bergadang sering kita dapat teguran dari babeh sebelah tongkrongan akibat tingkah konyol ketika kau bernyanyi.

“ Tong, Udah malem, ganggu orang tidur aja. Kalau suara bagus gak apa-apa juga sich, tong.” Tegur babeh itu kepadanya, juga kepada kami semua. Tak pelak kata-kata itu sering menghiasi malam-malam kita, bahkan menjadi bahan guyonan buatku dan semua teman-teman yang sering bergadang disana. Dan juga sering menjadi bahan lawakan kau teman ketika kami semua terdiam untuk beberapa saat.

“Sumpah Kawan, Gue rindu saat-saat itu. Kita tertawa, bahagia. Bertingkah semaunya. Seperti tak ada hari esok. Menghabiskan hari ini dengan segala keceriaan, dengan segala kenikmatan yang kadang bahkan kenikmatan yang mungkin terlarang. Seperti tidak, ada yang kita takutkan. Seperti tidak ada yang membatasi semua keseharian kita. punya uang, gak punya uang ada saja tingkahmu yang membuat kami semua tertawa, senang. Yes, it’s You, that’s I know.”

****

Jadi kali ini, izinkan aku menulis sedikit tentangmu kawan. Sedikit tentang kisah kita, sedikit kenangan yang telah kau buat menjadi satu kenangan untukku khususnya, juga untuk teman-teman yang mungkin mengenalmu dulu. Yupz, kisah yang mungkin bagi mereka biasa, tapi bagiku, Setidaknya mungkin sedikit ada artinya, yang menyisakan kenangan yang cukup memberi warna di hidupku.

Saat itu, tepatnya aku lupa kawan. Tapi yang kuingat saat itu kau memperkenalkan dirimu yang baru dan kau menginginkan kami semua memanggilmu dengan sebutan “ONE”. Aneh, Padahal sebenarnya aku sudah mengenalmu sejak dari kecil. Karena kebetulan memang dari kecil kita sudah saling tahu, tapi ya mungkin memang tak seakrab saat-saat terakhirmu. Seingatku namamu bukan itu. Tapi, ya What everlah, kalau kau suka, ya sudahlah. Saat itu kau datang dengan badan yang sebesar gajah. Aku tahu itu efek dari infuse yang diberikan oleh dokter yang merawatmu waktu itu. Ya aku tahu, bahwa kau baru saja selesai menjalani perawatan, sebab penyakit yang lumayan berat. Dan setauku awalnya kau itu menderita sakit liver sebab aku pun sempat beberapa kali diajak teman-teman menjengukmu.

Hari itu, dengan kegilaanmu, kau menghampiri aku ketika aku sedang asyik bermain gitar sendiri. Dengan tingkah konyolmu kau menanyakan bisa tidak aku memainkan lagu kesukaannya itu. Saat itu aku menyanggupinya. Dan kau memulai menyanyikannya. Ffhhhuuuuuffttt.. kesan pertama aku rasa HANCCUUURRR… Tapi aku terus melanjutkan bermain gitarnya, berhubung tak enak bila aku hentikan musiknya, takut menyinggung perasaannya. Dan dari situlah tak tahu kenapa hubungan kita semakin lama semakin dekat. Kemana-mana selalu berdua. Makan-gak makan kumpul. ada duit ngerokok gak ada duit sama-sama ngutang, tapi kalau sudah tak ada yang bisa diutangin kadang suka nyolong rokok di Warung Uda. Hahahaaassseeemmm, Pokoknya seru waktu itu kurasakan. Bahkan sempat kita berdua mendapat juluki Batman & Robin. Bila ada kau ada masalah, aku kadang yang cari solusinya, begitulah sebaliknya. Bahkan pernah ada satu kisah, saat itu kau terjebak pada satu cinta yang possesif. Wanita yang kau pacari saat itu berniat pengen bunuh diri saat kau meminta putus kepadanya. Waktu itu, kau terlihat panic datang kerumahku.

“Nday, temanin gue yuk. Kacau!! Cewek gue mau bunuh diri tadi pagi gue putusin ditelpon. Annnjjrrriiittt, mimpi apa gue semalam.”

“Ahhh.. boong tuh ne. gaya dia aja tuh biar gak elu putusin ne”

“Anjrrriittt.. beneran day. Nyokapnya tadi juga telepon gue nday.”

“iissss… gila lu Ne. Ya udah, kita ciao kerumahnya.”

Kita berdua pun menuju kerumah ceweknya itu. Sepanjang perjalanan kau menceritakan semuanya kepadaku.

“Ternyata ada juga ya Ne. cewek yang sampe segitunya sama lu.. hahaha.” Ledekku kepadanya.

Kali ini dia diam. Seperti ada suatu hal yang berat dipikirkan olehnya.

“Wooyy.. orang ngajak ngomong, malah diem aja.” Ujarku yang belum menemukan jawaban darinya.

“Mmmm.. Apa salah ya gue putusin dia? Padahal gue putusin dia, buat kebaikan dia juga nday. Tapi kenapa ya, dia gak pernah ngertiin gue. Padahal, saat ini gue pengen bebas. Gue pengen ngelewatin ini semua sendiri..” ujar kau lirih.

“Maksud lu apaan ni ne? gak ngerti dech gue. Tapi apapun masalah lu ne, gue selalu aka nada dibelakang lu ne.” jawabku spontanitas, padahal waktu itu aku masih menelaah apa arti ucapan kau semua itu.

Sesampainya dirumah cewek itu, kau menyuruh aku menunggu diluar sementara kau menyelesaikan masalah kau itu. Yupz, aku nunggu diluar sambil memikirkan ucapan kau itu. Selang beberapa menit, kau pun keluar dengan senyuman khas punya kau itu. Dan semua itu membuyarkan semua hal yang tadi aku pikirkan perihal ucapan kau tadi. Menghilangkan rasa penasaran yang tadi ingin aku tanyakan kepadanya. Itulah yang aku suka, apapun masalah yang terjadi dengan aku ataupun kamu, selalu saja diakhiri oleh senyuman khas kita apapun hasil akhirnya entah pahit atau pun manis tetap saja kita tersenyum, tertawa bahkan jika terlalu berat selalu saja ada cara untuk melepaskan itu semua, yaitu ngebir. Hahhahaha.. pilihan terakhir itulah yang menjadi opsi, bahkan hampir menjadi rutinitas sehari-hari. Dan begitulah kita biasa menghabiskan waktu kita melebur semua masalah. Entah itu masalah aku atau itu kau.

*Detik-detik terakhir bertemu denganmu, kawan.*

Waktu itu, sudah dua hari kau tidak muncul. Rasa kangen (sebagai sahabat bukan yang lain) dan juga penasaran memaksaku memutuskan untuk berkunjung kerumah kau. Aku pikir kau sakit atau apapun itu yang mungkin tidak aku ketahui. Sesampainya disana, aku tak menjumpainya. Kata adiknya dia sedang pergi dengan temannya. Temannya yang mana nih? Ah mungkin teman sekolahnya dulu. Akhirnya aku pun pamit pulang. Belum sempat aku keluar dari pagar rumahnya. Ibunya keluar dan meminta izin untuk berbincang sebentar.

“Nak, Ibu mau ngomong bentar bisa?”

Kaget, dan sedikit nervous akupun mengiyakan ibunya one.

“masuk dulu nak.”

“Iya bu. Maaf, ada apa ya bu.?” Tanyaku pelan-pelan.

“Gak ada apa-apa kok nak. Ibu Cuma pengen minta tolong. Ibu tau kamu kan anaknya gak suka aneh-aneh.”

“ Iya bu, lalu?”

“Ibu Minta tolong kamu nasehatin si One ya. Ibu denger-denger kamu kan lagi dekat sama dia, jadi mungkin kalau kamu yang bilang dia mau dengerin.”

“Aduh.. masa iya buk? Emang masalahnya apa ya buk.” Tanyaku baik-baik pura-pura tak tahu masalah, sebab sebenarnya dari arah pembicaraanya aku tahu masalahnya.

“Kamu mungkin tahu, dia suka minum-minum. Atau mungkin sama kamu minum-minumnya.”

Sleebbbb… kena banget di hati waktu ibunya bilang itu. Tapi aku mencoba diam dan tak ingin memperkeruh keadaan.

“mmmm.. Kalau kamu sih ibu gak masalah nak. Tapi kalau si one ibu takut….” Omongan ibu itu terhenti sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tegar. Tapi dalam hatinya sebenarnya mungkin ibunya menangis. Terlihat sekali dari matanya. Dan aku menduga ada sesuatu hal yang tersembunyi tentang One yang aku tak ketahui.

“Masalahnya, Si One tuh sakitnya udah parah. Dokter sudah nyerah ngobatinya. Makanya dia tidak lagi dirawat di RS. Mungkin nyawanya tinggal hitungan hari,Nak”

Jllleeeebbb.. Kaget bukan kepalang. Ini berita yang tak pernah mau aku dengar. Seketika juga lemas rasa badan ini. Kulihat airmata sedikit demi sedikit menetes dari mata ibunya. Dan hal itu cukup mempengaruhiku. Ingin sekali rasanya ku sudahi pembicaraan itu pada detik itu juga. Tapi aku urungkan sebab tak enak meninggalkan ibunya dalam keadaan itu.

“Kamu belum tahu ya? Memang dia yang melarang kami untuk menyebarkan berita ini, katanya dia gak pengen orang tahu sisa hidupnya. Yah, ibu paham dia masih muda jadi mungkin dia malu sama teman-temannya atau mungkin gak ingin teman-temannya berubah sikap kepadanya.” Lanjut ibunya.

“Astaga.. “ Ujar ku dalam hati karena kaget.

“Ibu tahu bakalan kehilangan dia, tapi ibu ingin ketika dia pergi tidak dalam keadaan kotor seperti itu, nak. Ngertikan kamu,Nak. Jadi Ibu minta tolong sama kamu, tolong kamu kontrol dia ya, nak. Ibu percaya sama kamu nak.”

“InsyaAllah buk.” Jawabku lirih.

Kali ini terpaksa aku mohon pamit kepada ibunya karena aku sudah terlalu berat menahan pedihnya hati. Dan aku pun meninggalkan rumahmu dengan perasaan sedih yang teramat sedih waktu itu. Tapi live must go on dan aku udah janji sama ibu kau untuk setidaknya meluruskan kau sedikit. Ya, sebab kalau terlalu banyak pun mungkin aku belum sanggup. Tapi aku berusaha menjadikan hari-hari terakhirmu menjadi lebih berarti untukmu kelak Ne. aku janji.

Sore harinya tak disangka engkau pun datang ke rumahku. Bathinku inilah saat aku menunaikan janjiku. Tapi justru ternyata saat itu kau datang sudah dalam keadaan mabuk. Dan saat itu kau mengajakku untuk mengantarkannya pergi ketempat temanmu. Aku sebenarnya ingin mengantarkan kau pergi. Tapi aku takut malah disana nanti malahan aku terbujuk untuk melanjutkan minum-minum yang sedari pagi katamu sudah kau lakukan. Aku teringat kepada omongan ibumu, jadi aku urungkan niat mengantarkannya.Dengan dalih ingin pergi mengaji waktu itu aku menolak ajakanmu. Sebab aku harap kau mau ikut denganku waktu itu. Tapi justru malahan kau marah dan meledekku.

“Aaahhh. Ga asik lu Day. Pake acara ngaji segala. Nanggung nih gue day. Yok kita lanjut lagi di tempat temen gue. Dia lagi ULTAH tuh.” Bujuknya padaku

“Udahlah, Ne. Pengen pergi ngaji gue.” Kali ini aku tetep mengelak ajakannya.

“Jiiaaahhh… Sok-sok nolak lu. Jarang-jarang minum-minum gratis nih.” Bujuknya lagi.

“Ahhh.. Bodo amat. Lu kalau mau pergi, pergi aja sendiri Ne.” Bantahku lagi

“Ya udahlah. Slek kita ya kalau gitu.” ujarnya kecewa dan lalu menyalakan motornya dan meninggalkan aku.

“Terserah lu lah Ne” Balasku yang mungkin sudah tak terdengar olehnya.

Ingin rasanya kukatakan perihal pembicaraanku dengan ibu kau waktu itu Ne. Saat itu aku urungkan, aku pikir nanti akan ada saat yang tepat. Tapi Ternyata bagiku waktu itu tidak ada lagi. Malamnya aku mendengar berita bahwa kau kecelakaan saat menghindari orang yang menyebrang. Kau bersama teman yang kau boncengi meninggal seketika ditempat. Ternyata bukan sakit yang merenggut nyawa kau kawan. Tapi justru Cara yang kau pilih untuk menghabiskan sisa waktumu yang malah justru merenggut Nyawamu Kawan dan ternyata itu kurang baik. Mungkin memang seperti itulah jalan yang ingin kau tempuh dan sesuai dengan keinginanmu. Dan aku disini akan selalu mengenangmu. Mudah-mudahan aku bisa terus mengirimi kau harapan kebahagian disana, mungkin lewat doa dari seorang sahabat. Thank’s buat semua yang telah kau berikan kepadaku, Kawan. Dan lagu ini akan terus kukenang sebagai lagumu, kawan.  

****

“Banyak sudah kisah yang tertinggal, kau buat jadi satu kenangan.

Seorang sahabat pergi, Tanpa tangis arungi mimpi.

Selamat jalan kawan cepatlah berlabuh, mimpimu kini telah kau dapati.

Takkan ada lagi yang mengganggu, kau bernyanyi…”

Sepenggal bait lirik itulah yang mungkin saat ini bisa aku nyanyikan kawan. Kurasa, cukup itu saja yang mungkin mau aku nyanyikan. Sebab, bait-bait lirik yang lainnya, bagiku mungkin hanya kau yang pantas menyanyikan, selain dari yang punya lagu ini. Dan seperti biasa, biarlah aku yang mengiringi dengan gitarku.

Selamat jalan kawan…

RIP  My BestFriend yang hanya mau kupanggil “ONE”

****

#30harilagukubercerita

#NP : TIPE X – Selamat Jalan

By @Pembunuh_sepiXX


ditulis @Pembunuh_sepiXX dalam http://dyansyahnoer.tumblr.com

No comments:

Post a Comment