Wednesday, September 12, 2012

Terima Kasih, Senja!


Bunga Indah Astari - Editor in chief-

Begitulah tulisan yang terpampang di atas meja kerjaku.

Sudah dua tahun ini aku menjadi seorang editor in chief di sebuah majalah remaja wanita terkemuka di Indonesia.

Jika hanya melihat nama dan jabatanku di majalah tersebut, mungkin sebagian orang akan tertipu. Seorang wanita anggun, modis , bergaun serta memakai sepatu hak tinggi begitulah kira-kira yang ada di dalam pikiran mereka tentang gambaran mengenai diriku. Sepertinya persepsi mereka akan sirna tatkala melihat penampilanku yang sebenarnya.

Aku, Bunga Indah Astari. Seorang wanita tomboy.

Aku lebih memilih untuk berpakaian casual dalam segala aktifitasku,termasuk saat bekerja. Lupakan saja masalah gaun panjang atau dress selutut atau bahkan rok mini yang biasa dipakai oleh wanita karir pada umumnya. Gaya berpakaian seperti itu bukanlah styleku “Bukan gue banget gitu”, seperti kalimat yang selalu aku lontarkan tatkala teman-teman menyuruhku untuk memakai pakaian yang menunjukkan sisi feminim di dalam diriku. Aku lebih memilih untuk memakai celana jeans dengan tanktop dan jaket diluar saat hang-out bersama teman-teman. Atau mungkin celana panjang berbahan dasar katun dengan blouse yang dipadukan dengan blazer yang berwarna gelap,tentunya. Tak lupa aku menggelung rambut panjang sebahuku daripada membiarkannya tergerai bebas.

Dengan kriteria seperti itu, mungkin sebagian orang akan berpikir bahwa aku adalah tipe workaholic yang bekerja sedari pagi buta hingga larut malam dan tidak menganggap penting urusan percintaan. Sebagian orang mungkin menyangka bahwa aku tidak memiliki pacar dengan penampilanku yang seperti itu. Eiiits, jangan salah ! Aku punya pacar lho.. Bintang Respati Putra, seorang manajer pemasaran sebuah hotel terkemuka di Jakarta. Pertemuan pertamaku dengan Bintang terjadi satu setengah tahun lalu tatkala aku menggantikan tugas seorang rekan meliput fitness center yang berada di hotel tempat bintang bekerja. Ciinta lokasi atau yang lebih dikenal dengan istilah cinlok itulah yang terjadi pada kami berdua. Berawal dari wawancara singkat mengenai fitness center kemudian berlanjut ke pertemuan singkat lainnya. Entah sekedar minum kopi bareng ataupun makan siang bersama. Intensitas yang semakin tinggi tersebutlah yang membuat benih-benih cinta diantara kami menjadi sedemikan suburnya. Hingga pada akhirnya Bintang mengungkapkan perasaannya pada saat acara makan malam. Ungkapan cinta tersebut disambut dengan sebuah anggukan kecil dariku yang disertai dengan senyuman malu-malu yang terselip dari bibir.

Bintang adalah seorang cowok yang sangat romantis.

Selalu saja ada kejutan kecil tak terduga yang diberikannya untuk mengungkapkan rasa cintanya padaku. Entah mengirimi bunga dan menaruhnya di meja kantorku, ataupun sekedar muncul tiba-tiba dibalik pintu kantorku membawakan makan siang untukku. Ah Bintang. Selalu tersenyum saat aku mengingatnya.

Tapi, sudah seminggu belakangan ini sikap Bintang tidak seperti biasanya.

Lebih tepatnya seperti menghindar dariku.

Jangankan membuat kejutan kecil untukku, sekedar membalas pesan singkatku saja bahkan jarang dilakukannya.

“Sesibuk itukah kamu?”,pikirku..

Terkadang aku yang mencoba untuk menghubunginya duluan. Namun jarang mendapat respon positif. Biasanya sih aku hanya mendapatkan balasan “Maaf ya yank, aku lagi sibuk” atau jawaban dari operator telpon “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif”. Kalau sudah begitu ingin rasanya aku “melempar” meja ke arah operator tersebut.

Sudah seminggu aku tidak bertemu dengan Bintang. Jam makan siang yang biasanya kuhabiskan bersama Bintang, kini aku habiskan bersama dengan teman-temanku atau bahkan sendirian saja.

“Jam 5 sore, pulang kantor nih”,ujarku. Sesampainya di lobby kantor, tak kudapati sosoknya seperti biasa. Aku hanya menghela nafas panjang. “Bintang kemana yah? Kangen nih padahal”,kataku dalam hati.

1 Maret 2012

Hari ini hari ulang tahunku. Blackberryku dipenuhi BBM ucapan selamat ulang tahun dari para saudara dan keluarga. Doa dan harapan pun membanjiriku sesaat aku membuka mata di pagi ini. Aku periksa satu persatu untuk melihat apakah ada pesan dari Bintang. Ternyata tidak ada. “Jangan-jangan Bintang lupa sama ulang tahunku”,pikirku. Dengan perasaan senang yang tidak 100% itupun aku memasuki kantor. Saat membuka pintu ruanganku “Tadaaaaaa…Happy birthday to you. Happy Birthday to you. Happy birthday happy birtday. Happy birthday,bunga”, suara teman-temanku memenuhi ruangan berukuran 4x4 ini. Kecupan di pipi kanan dan kiri membanjiriku. Ucapan selamat, hadiah dan kejutan demi kejutan lain menghampiriku seharian ini. Tapi tak ada satupun dari Bintang. Sekitar pukul 10 pagi aku menemukan sebuah kotak berisikan  sebuah kartu yang bertuliskan sebuah alamat.

Anyer Beach Resort. Kamar nomer 1

Jalan Raya Anyer nomer 31, Jawa Barat

“Hah? Apaan nih? Buseeet anyer. Jauh banget. Ini orang ngerjain gw apa yah?”,kataku sambl melirik jam yang menunjukkan pukul 11 siang. “Masa iya gw harus sampe anyer sebelom jam 3? Mana sempet? Kalo macet gimana? Terus ini gaun apa-apaan coba. Siapa sih jahat banget”, kataku dengan gusar. Awalnya aku mengacuhkan kiriman tersebut. Entah kenapa, rasa penasaran menghantuiku. Sekitar jam setengah dua belas, aku bergegas menuju alamat tersebut. Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalanan hari ini tak seperti biasanya. Lengang dan sepi. Sekitar jam 3 kurang seperempat aku sampai di alamat tersebut. Setelah meminta kunci pada receptionist dengan menunjukkan kartu ucapan tersebut, aku memasuki kamar nomer 1 itu.

Kosong.. Tak ada siapa-siapa

Aku mulai kesal

Marah

Dan gusar

“Ini siapa sih ngerjain gw kayak gini”, ujarku sambil berkeliling kamar berusaha mencari tahu. Saat aku membuka lemari, kulihat ada kotak berukuran lumayan besar. Kotak tersebut berisikan kartu nama sebuah salon di resort ini dan sebuah gaun ungu muda.

Aku yang masih saja penasaran dengan hal ini, akhirnya berlari menuju salon yang dimaksud dengan membawa gaun ungu muda tersebut,tentunya.

Sesampainya disana, aku langsung disambut dengan pegawai salon yang langsung menuntunku ke tempat perawatan. Sekitar 2 jam aku berada disana. Masih dalam kebingungan, tentunya. Saat hendak membayar di kasir, aku malah di berikan sebuah kartu bertuliskan cafe di pinggir pantai sekitar resort sebelum jam 6. “Ini apa-apaan sih. Masih belom selesai juga toh?”,kataku mulai capek dengan semua permain rahasia ini. Aku meninggalkan salon dan menuju ke cafe yang dimaksud

17:49

Disinilah aku berdiri..

Dengan memakai gaun ungu muda yang diberikan pengirim rahasia tadi

Di sebuah cafe pinggir pantai..

Tak ada siapapun..

Hanya ada sebuah meja kecil dihiasi lilin di sekitarnya..

Taburan bunga mawar berbentuk hati pun mengelilingi meja makan tersebut..

Dalam kebingunganku,

Aku tersadar ada seseorang di belakang..

Aku membalikkan badan, ternyata

“Bintang? Kamu ngapain disini?”

“Selamat ulang tahun, sayang. Semoga tercapai semua cita dan cintamu”,katanya sambil mengecup keningku.

Tak lama, Bintang berjalan menjauh.. Mendekati meja makan tersebut. Mengambil sebuah gitar yang berada tak jauh dari dekatnya..

Ia memetikkan gitar, bersenandung

          “dan dengarlah sayangku

          aku mohon kau menikah denganku
          ya hiduplah denganku
          berbagi kisah hidup berdua

          Cincin ini sayang terukirkan namamu
          Begitu juga di hatiku
          Hujan warna-warni kata orang tak mungkin
          Namun itu mungkin bagiku
          Sebuah tanda cintaku”

Bintang mendekatiku, berlutut di hadapanku yang masih dalam keadaan terpaku. Mengambil sebuah kotak Giovanni dari balik jasnya. Membukanya dihadapanku sambil berkata “Bunga, maukah kamu menjadi Bunga yang selalu menemaniku di saat suka dan duka? Menjadi Bunga yang selalu mengharumi hari-hariku dengan aroma cinta? Will you marry me, Bunga?”

Aku terkejut.. Rasa haru dan senang menghampiriku. Senyuman menghiasi bibirku. Air mata jatuh dari kedua pelupuk mataku. Dengan sebuah anggukan kecil, aku berkata “I will, Bintang”. Dan cincin emas putih itu pun melingkar indah di jari manisku. Di sertai dengan pelukan hangat dari Bintang.

“Bunga, liat deh ke arah sana!”, ujar Bintang

Awan kemerahan terbentang luas di langit. Mentari pun semakin lama semakin tenggelam . Bayangannya terlihat indah di permukaan air laut yang tampak berwana oranye. “Ah, ini kan senja!”, kataku yang memang pemuja senja.

Dibawah senja, bibirku dan bibir Bintang bersatu. Desahan nafas kami menyatu seiring deburan ombak dan semburat senja yang mengintip perlahan.

Terima kasih,Senja !


ditulis @kakaa_ami dalam http://bisikkanbintang.tumblr.com

No comments:

Post a Comment